Lebaran dan Mudik

Keindahan Pantai Kelapa yang Sedikit Butuh Polesan

Garis pantai yang membentang panjang serta luasnya laut Sulawesi dan Selat Makassar adalah pesona padu padan alam ciptaan Tuhan tak ternilai indahnya.

TRIBUN KALTIM / M ARFAN
Musim liburan di Pantai Kelapa dan Pantai Kampung Baru, Desa Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur Kabupaten Bulungan, Minggu (19/7/2015). 

TRIBUNKALTIM.CO. TANJUNG SELOR - Potensi besar Bulungan ada pada sektor pariwisata. Hanya saja ketika berbicara pengelolaan, hal itu belum dilakukan secara mumpuni.

Walhasil, hasrat memuaskan wisatawan lokal saja bahkan untuk sekedar melepas penat dari hiruk pikuk aktiftas selama kurun waktu tertentu, bisa dibilang masih setengah-setengah.

Seperti saat momentum libur lebaran kali ini. Satu keindahan alam Bulungan yang digandrungi adalah wisata pantai di Kecamatan Tanjung Palas Timur.

Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur itu memiliki potensi wisata pantai yang cukup menakjubkan.

Garis pantai yang membentang panjang serta luasnya laut Sulawesi dan Selat Makassar adalah pesona padu padan alam ciptaan Tuhan tak ternilai indahnya.

Apakah pantai tersebut sudah cukup memuaskan wisatawan minimal sama dengan Pantai Manggar di Balikpapan atau Pantai Tanjung Jumlai di Penajam Paser Utara.

Tepatnya Minggu (19/7/2015) ratusan kendaraan roda dua plus puluhan kendaraan roda empat berjejer tak cukup rapi di pelataran luasnya pasir putih.

Pohon kelapa yang tumbuh tak terlalu menjulang seakan menjadi mainan angin laut yang tak hentinya berhembus. Gaduh ratusan pengunjung baik dewasa maupun anak-anak seakan memberi nuansa baru di tempat yang jaraknya kurang lebih 100 kilometer dari ibukota Kalimantan Utara, Tanjung Selor.

Lokasi yang disebutkan ini adalah Pantai Kelapa (masyarakat setempat menyebutnya) yang terletak di Dusun Kampung Baru, Desa Mangkupadi. Sebuah desa pesisir yang bertetangga dengan Desa Tanah Kuning yang belakangan ini sedang “naik daun” lantaran program pemerintah provinsi Kalimantan Utara yang mencanangkan adanya pembangunan kawasan industri dan pelabuhan internasional (KIPI).

Perlu diketahui, dua desa ini mayoritas dihuni kaum pendatang dari Sulawesi Selatan yang telah turun temurun menggantungkan setia dan hidup di Bumi Tenguyun (sebut Kabupaten Bulungan).

Mastika (35), salah seorang pengunjung pantai yang berasal dari Tanjung Selor itu tak bisa mengelak mengakui keindahan pantai ini.

Sungguh kata dia, pantai ini memang menjadi objek wisata yang pas melepas penat.

Kali pertama mengunjungi pantai tersebut, Mastika bukan hanya takjub semata. Dalam benaknya ada hal tertentu yang ingin disampaikan kepada si perupa kebijakan, pemerintah daerah.

Tentunya adalah fasilitas pantai yang tergolong minim.

“Belum ada tempat duduk khusus untuk bersantai. Tempat ganti dan MCK (mandi cuci kakus) juga belum tersedia,” sebut wanita yang berprofesi guru di SD 010 Tanjung Selor itu.

“Kalau untuk akses ke sini sudah cukup lancar walaupun jalannya kerikir (agregat). Tinggal bagaimana lagi keseriusan pemerintah untuk mempermulus dengan aspal,” tambahnya.

Soal kebersihan pantai juga menjadi perhatiannya. Meski sampah berasal dari alam sendiri sendiri seperti ranting-ranting pohon yang sudah mati, serta dedaunan kering tentu sedikit banyaknya akan mengganggu estetetika.

Soal ini, tentu diharapkan kepada pemerintah bahkan masyarakat setempat untuk menyediakan/memplot petugas kebersihan objek wisata minimal saat momentum liburan.

Pantauan TRIBUNKALTIM.CO, pantai ini juga belum dilengkapi dengan tempat pembuangan sampah. Selain itu, juga belum ada petugas pengamanan dan penyelamat pantai yang terlihat.

Padahal keberadaan petugas tersebut cukup penting untuk minimal mengantisipasi celaka saat berwisata bahkan melakukan pertolongan.

Semua pengunjung kemungkinan besar sepakat jika sepanjang garis pantai di Desa Tanah Kuning dan Desa Mangkupadi adalah potensi besar di sektor parisiwata.

Dan di lokasi yang berbeda, sekitar 2 (dua) kilometer dari Pantai Kelapa, sempat bersua salah satu angggota DPRD Provinsi Kalimantan Utara, Ambo Intang.

Lokasi yang dikunjungi Ambo adalah Pantai Kampung Baru, lantaran letaknya di Dusun Kampung Baru, Desa Mangkupadi.

Senada dengan Mustika, Ambo Intang juga mengakui hal sama. Sepanjang Desa Tanah Kuning dan Mangkupadi adalah titik -titik menarik untuk berwisata. Hanya saja kemudian pengelolaan objek wisata masih belum dipoles secara masimal. Begitu juga soal promosi.

“Akses jalan dari Tanjung Selor ke sini sudah agregat. Sudah bisa ditempuh dua jam. Tinggal pengelolaan objek wisatanya saja,” ujarnya.

Berbicara soal akses dan tempat wisata yang baik menurutnya akan memberi multiplayer effect yang lumayan kuat khususnya peningkatan perekonomian masyarakat setempat.

Maklum, bisa dibilang profesi masyarakat Desa tanah Kuning dan Mangkupadi adalah nelayan. Mereka bergantung pada hasil laut.

“Kalau makin ramai di sini tentu efeknya peningkatan taraf ekonomi. Yang laki-laki pergi melaut, perempuan bisa membantu sampingan berdagang macam-macam kebutuhan orang yang berkunjung ke sini,” tuturnya.

Kembali pada soal kebijakan pariwisata, kata Ambo sudah tersirat jelas dalam lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah mengenai pembagian urusan pemerintahan konkuren antara tiga tingkatan pemerintahan, pusat, provinsi, dan kabupaten.

Dibidang pariwisata, provinsi dan kabupaten sama-sama memiliki kewenangan soal pengelolaan daya tarik destinasi wisata, promosi ke dalam dan luar negeri. Begitu pula pengelolaan kawasan strategis pariwisata.

“Hanya saja, apakah objek wisata yang bersangkutan sudah masuk dalam usaha pariwisata lintas daerah kabupaten/kota untuk provinsi, atau belum. Saya kira ini bisa dikembangkan oleh provinsi dengan harapan bisa lebih baik hidup. Karena memang kita berhadapan langsung dengan Berau, Kaltim yang punya banyak destinasi wisata unggulan,” ujarnya. (wil)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved