Liputan Khas
Kasih Ibu: Setiap Hari Sepanjang Hidupnya
Saat kita remaja, peran seorang ibu kerap kita anggap remeh. Bosan dengan nasihatnya, jenuh dengan omelannya, lelah mendengar perintahnya. Akan tetapi
Penulis: Rita Noor Shobah | Editor: Rita Noor Shobah
TRIBUNKALTIM.CO - Saat kita remaja, peran seorang ibu kerap kita anggap remeh. Bosan dengan nasihatnya, jenuh dengan omelannya, lelah mendengar perintahnya. Akan tetapi, saat kita menjadi orangtua, kita baru menyadari betapa berat peran seorang ibu. Betapa piciknya kita dulu yang menganggap peran ibu hanya sepintas lalu.
IBU memiliki peran sentral dalam sebuah keluarga. Ia lah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Ia lah pendidik utama akan jadi apa anaknya kelak. Namun, di zaman yang sudah makin canggih ini, permasalahan yang menimpa seorang ibu masih tak kunjung usai.
Kemiskinan, kebodohan, hingga kekerasan terhadap ibu masih kerap kita dengar. "Anak yang durhaka pada ibunya, ibu yang sudah tua kemudian tak diurus keluarganya, ibu yang tidak mendapat akses kesehatan, ibu yang masih terbelit kemiskinan. Ibu yang masih banyak mendapat kekerasan dalam rumah tangga. Masalah-masalah ini yang masih dialami banyak ibu," tutur Ida Prahastuty, aktivis perempuan yang juga Ketua Komisi IV DPRD Balikpapan.
Oleh karena itu Ida berharap perayaan Hari Ibu tiap tahunnya tidak hanya menjadi agenda seremonial belaka. Tetapi harus ada target-target nyata untuk ibu dan perempuan. "Ya sah-sah saja bila ada acara seremonial. Tapi jangan berhenti sampai di situ. Yang paling penting adalah substansi dari permasalahan ibu itu sendiri. Bagaimana bisa membuat seorang perempuan, ibu, menjadi ibu yang sehat, mandiri, dan memiliki kecerdasan emosional. Karena ini penting terakit dengan perannya sebagai seorang ibu," tandas Ida.

Ia mencontohkan, setiap tahun harus ada target dengan sasaran peningkatakn kualitas perempuan dan ibu. "Tujuannya bukan untuk kesetaraan atau jender-jenderan. Tapi murni untuk meningkatkan kualitas kesehatan, kecerdasan, dan kemandirian perempuan dan ibu. Agar ia bisa menjadi ibu yang berperan dengan baik dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya sebagai generasi bangsa," tandas. Ida
Ia mencontohkan, misalnya tahun ini target di bidang pendidikan. "Misalnya tahun tidak ada lagi perempuan di usia tertentu yang tidak bisa baca dan tulis. Tahun depan tidak ada lagi perempuan dan ibu yang tidak bisa mendapat akses kesehatan dengan mudah. Tahun depannya lagi, tidak ada lagi kekerasan terhadap ibu dan perempuan di dalam rumah, dan lain-lain. Target-target konkret yang bisa dirasakan langsung oleh ibu," papar Ida.
Menurut Ida, masalah-masalah tersebut lah yang awalnya menjadi dasar Kongres Wanita Indonesia (Kowani) mengusulkan Hari Ibu pada 22 Desember yang kemudian disahkan Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No 316 tahun 1959. Masalah kesehatan, perbaikan gizi ibu dan balita, perdagangan anak, dan lain-lain.
"Jadi peringatan Hari Ibu sudah selayaknya menjadi momen untuk perbaikan kualitas ibu dan perempuan. Jangan berhenti pada acara seremonial saja," kata Ida. Seandainya bila agenda awal Kowani terlaksana dengan baik setiap tahun, ada target-target peningkatan kualitas pada perempuan dan ibu, maka seharusnya di peringatan ke-87 Hari Ibu ini, tak ada lagi perempuan- perempuan dan ibu yang masih menangisi kemiskinan, kebodohan, dan sakit-sakitan karena tak memiliki akses kesehatan yang baik.
"Kendati, hal itu masih terjadi saat ini, mari semua perempuan harus berjuang untuk memperbaiki kualitas, setidaknya untuk dirinya sendiri dulu, ibunya, keluarganya. Lalu bahu- membahu membantu perempuan lainnya," katanya. Ia yakin ibu yang berkualitas secara emosional (tak melulu harus berpendidikan sarjana) pasti akan menghasilan anak yang berkualitas.
Momen Hari Ibu memang biasanya dimanfaatkan untuk memberikan perhatian ekstra pada sang ibu. Memberi kado atau sekadar mengucapkan kata-kata kasih sayang. "Ya itu juga bagus. Namun, seharusnya mengungkapkan kasih sayang, memberi ekstra perhatian pada ibu jangan hanya menunggu 22 Desember. Lakukan setiap hari. Karena ibu juga berjuang untuk kita setiap hari sepanjang hidupnya," tandas Ida.
Seorang ibu tak pernah menuntut banyak dari seorang anak. Cukuplah anak tersebut menjadi anak baik, ibu akan menjadi orang yang paling berbahagia di dunia. (*)
***
Follow @tribunkaltim Tonton Video Youtube TribunKaltim
