Konflik Tak Kunjung Selesai, Siswa SMAN 10 Ingin Curhat ke Gubernur
Sangat tidak adil mengatakan siswa SMAN 10 telah melakukan aksi premanisme di sekolah berupa pembongkaran pintu kelas.
Penulis: Christoper Desmawangga |
Laporan Wartawan Tribunkaltm.co, Christoper D
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Konflik antara Pemprov Kaltim dengan Yayasan Melati yang telah terjadi hampir 5 tahun terakhir, membuat siswa dari SMAN 10 Samarinda ingin bertemu dengan Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak.
Keinginan siswa tersebut untuk bertemu dengan orang nomor 1 di Kaltim itu, akibat dari tak kunjung selesainya permasalahan yang terjadi di sekolahnya dengan pihak yayasan.
"Banyak siswa yang sangat ingin bertemu dengan Gubernur. Kami ingin curhat dan sampaikan ke Gubernur apa yang telah kami alami selama ini," ucap salah satu siswa kelas XII SMAN 10 Samarida, Niti Gede Kumandang, Rabu (20/1/2016).
(Baca juga: Negara Ini Klaim Temukan Minuman Beralkohol yang Tak Bikin Mabuk)
Niti menjelaskan, sangat tidak adil mengatakan siswa SMAN 10 telah melakukan aksi premanisme di sekolah berupa pembongkaran pintu kelas.
Padahal menurutnya, pihak yayasan telah berlaku tidak adil terhadap dirinya dan siswa SMAN 10 lainnya.
"Kami hanya ingin belajar dengan tenang di kelas. Maka dari itu kami copot pintu kelas itu. Hal itu mereka anggap sebagai tindakan premanisme, padahal mereka kerap menzolimi kami. Pipa air diputus, listrik diputus, fasilitas seperti kolam renang, dan aula kami selalu dilarang," ungkapnya.
"Kami sih ingin sebelum kami lulus, konflik ini selesai. Makanya kami sangat ingin bertemu dengan Gubernur," tandasnya. (*)