Kesehatan Jiwa

Bagaimana Isi Otak Seorang Psikopat?

Seperti apa psikopat itu sebenarnya dan semudah itukah kita bisa membedakan seorang psikopat, jika dia ada di dekat kita?

SHUTTERSTOCK
Ilustrasi 

Baca: Hati-hati, Pria yang Terobsesi Selfie Cenderung Psikopat

Rata-rata pembunuh serial adalah seorang psikopat, tapi tidak semua psikopat jadi pelaku kekerasan atau pembunuh baik tunggal maupun serial.

Akibat kurangnya emosi, psikopat seringkali merasa tidak bersalah jika perbuatannya merugikan orang lain. Mereka tahu itu merugikan, tapi mereka tidak peduli karena cara pikir mereka berbeda.

Pengalaman dari James Fallon mungkin bisa jadi contoh. Fallon adalah profesor neurosains dari University of California yang juga banyak berurusan dengan psikopat.

Satu hari, Fallon bertanya pada seorang psikopat, apakah dia menyesal telah menikam seorang perampok.

Jawaban si Psikopat, "Yang benar saja! Dia (si perampok) sengsara berbulan-bulan di rumah sakit dan aku membusuk di penjara. Aku tidak membunuhnya. Aku mencoba membebaskannya dari sengsara. Kalau aku membunuh, akan kulakukan dengan cara mengiris tenggorokannya (bukan dengan menikam). Seperti itulah aku. Aku mencoba membebaskannya."

Jika Anda menepukkan tangan di belakang telinga seseorang, orang itu akan kaget. Mungkin, bahkan saking kagetnya, tangannya akan berkeringat. Hal ini tidak akan terjadi pada seorang psikopat. Reaksi yang Anda terima akan datar.

Seorang psikopat, sangat jarang mengalami tangan berkeringat karena stres, takut, atau grogi. Sekarang bayangkan, jika Anda tidak pernah takut, marah atau sedih - bagaimana Anda bisa berempati pada kemarahan, ketakutan dan kesedihan orang lain?

Empati adalah bagian dari perkembangan moral yang normal. Waktu kita kecil, kita diajarkan untuk tidak menyakiti makhluk hidup. Itu menumbuhkan rasa empati dalam diri kita.

Ketika kita menyakiti seseorang atau sesuatu, rasa sakit orang atau sesuatu itu akan membuat kita menyesal. Mengapa kita harus menyakitinya? Sebaliknya, menjadi seorang penolong, akan membuat kita bahagia. Empati ini mungkin tidak akan Anda lihat pada seorang psikopat.

Emosi psikopat bukan emosi spontan

Christian Keysers Ph.D., kepala laboratorium Netherlands Institute for Neuroscience dan tim mengadakan penelitian selama dua dekade untuk membuktikan, apakah memang benar psikopat tidak memiliki empati.

Tim membawa 21 terpidana psikopat pelaku kekerasan untuk melakukan scan otak. Setiap pasien ditunjukkan adegan film yang memperlihatkan orang-orang menyakiti satu sama lain sementara aktivitas otak mereka diukur dengan menggunakan fMRI.

Pertama, pasien hanya diberitahu untuk menonton film dengan hati-hati. Kemudian, Harma Meffert, mahasiswa doktoral yang terlibat dalam penelitian pergi ke ruang scanner dan memukul tangan para psikopat untuk melokalisasi daerah otak yang mengatur reaksi atas sentuhan dan rasa sakit.

Peneliti melakukan hal yang sama terhadap 26 relawan pria nonpsikopat, yang berusia dan ber-IQ sama dengan para psikopat.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved