Awalnya Jijik, Lama-lama Nggak Masalah Bau Sampah Demi Sekolah Anak
Dalam bak kedua mobil itu penuh tumpukan sampah, baik yang sudah terikat maupun masih berhamburan.
Penulis: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto |
Sebelumnya ia berprofesi sebagai tukang ojek anak sekolah di seputaran Balikpapan Timur. Beberapa waktu lalu ia diajak kawannya bekerja di rumah pilah. Tanpa pikir panjang, ia pun menerima tawaran tersebut.
Awalnya ia mengira pekerjaannya hanya memilah bahan-bahan sisa makanan dan minuman.
Namun ketika pertama kali bekerja, ia terkejut melihat sampah yang datang dari mobil. Bahkan ia sempat merasa jijik ketika harus memilah sampah dari mobil.
Apalagi sampah tersebut belum dipilah antara yang kering dan basah, sehingga ketika tercampur, aromanya sangat tidak nyaman.
Mulai pukul 08.00-16.00 Wita ia bersahabat dengan sampah. Kendati bayaran yang diterimanya per bulan masih di bawah UMR, yaitu Rp 1,5 juta. Wati tetap enjoy dan menikmati aktivitasnya itu.
"Kalau memilah gak sulit, karena sudah ada yang dipilah. Kalau kita dapat sampah yang basah itu sulit dipisahkan, karena bau sekali. Tapi nggak masalah, ini semua demi menyekolahkan anak," ucapnya. (*)