Awalnya Jijik, Lama-lama Nggak Masalah Bau Sampah Demi Sekolah Anak
Dalam bak kedua mobil itu penuh tumpukan sampah, baik yang sudah terikat maupun masih berhamburan.
Penulis: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto |
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Dua mobil bak terbuka warna hitam tiba di pelataran Material Recovery Facility (MRF) atau rumah pilah di Jalan Rengganis, Gunung Bahagia, Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (5/2/2016).
Dalam bak kedua mobil itu penuh tumpukan sampah, baik yang sudah terikat maupun masih berhamburan.
Kedua mobil itu baru selesai mengangkut sampah dari halte sampah yang ada di wilayah Kelurahan Gunung Bahagia.
Wati (30), bersama rekan-rekannya bergegas menghampiri mobil sampah tersebut.
Mengenakan kaus lengan panjang, masker, sarung tangan, dan sepatu boots pendek warna cokelat, Wati tak jijik bergumul dengan sampah.
Di bawah terik matahari siang itu, Wati tampak hati-hati memindahkan sampah. Ia harus menyendirikan sampah kering.
Baca: Kantong Plastik Diberi Nama Sebelum Dibuang di Halte Sampah
Sisa air yang masih ada dalam botol plastik pun dikeluarkan sampai bersih lalu dimasukkan ke karung.
Sedangkan sampah basah dipindahkan ke bak truk, yang nantinya dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Manggar.
Sampah kering yang sudah dipilah, kemudian ditimbang dan dimasukkan ke keranjang yang tersedia di MRF.
Menurutnya sampah kering itu nantinya diolah bisa menjadi plastik ataupun kertas. Selanjutnya bahan-bahan itu akan dijual ke pengepul.
"Sampah kering seperti botol kaca, kaleng, plastik, kardus, hingga kertas telur itu nanti didaur ulang di MRF ini. Nanti menghasilkan bahan-bahan yang bisa dijual ke pengepul. Hasil penjualannya dibagi-bagi ke sesama pekerja," ungkap perempuan berjilbab merah muda itu.
Wati merupakan petugas baru pemilahan sampah MRF yang bernaung di bawah Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Balikpapan.
Sejak awal Februari ia mulai bergelut dengan sampah kering hasil pengangkutan dari Halte Sampah wilayah Gunung Bahagia.