Milisi Abu Sayyaf
Pembajak Tugboat Brahma 12 adalah Kakak Beradik
Panglima Tentara Nasional Filipina langsung terbang ke Sulu, untuk bertemu tentara Indonesia yang terlibat dalam upaya pembebasan 10 anak buah kapal.
TRIBUNKALTIM.CO - Panglima Tentara Nasional Filipina Jenderal Hernando Iriberri langsung terbang ke Sulu, untuk bertemu dengan komandan dan pasukan yang terlibat dalam upaya pembebasan 10 Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia.
Jenderal Iriberri menemui Mayjen Demy Tejares, Wakil Komandan Satgas Zambasulta (Zamboanga-Basilan-Sulu dan Tawi-Tawi).
Tejares menjelaskan pimpinan kelompok bersenjata Abu Sayyaf yang membajak dan menyandera 10 WNI itu dua bersaudara, yakni Nickson dan Brown Muktadil.
Informasi intelijen militer Filipina di Mindanao Barat yang diperoleh Tejares menyebutkan, keduanya merupakan kelompok Abu Sayyaf dari jaringan Alhabsy Misaya.
BACA JUGA: VIDEO - Pria Tunawisma Tewas saat Selamatkan Sandera di Depan Katedral
Dijelaskan, menggunakan kapal motor kecil, Muktadils menderek tugboat.
Tugboat kemudian ditemukan di desa pesisir Tubig Dakula di Languyan, Tawi-Tawi. Ada laporan yang bertentangan tentang ketika insiden terjadi.
Tejares mengatakan itu terjadi Senin (28/3/2016) malam, sumber militer lain mengatakan hal itu terjadi pada hari Sabtu (26/3/2016) sore.
Mayjen Filemon Tan Jr, juru bicara untuk Komando Mindanao Barat mengatakan dia tidak bisa memberikan rincian penculikan.
BACA JUGA: Lagi, ISIS Penggal 21 Sandera
Wakil Gubernur Sulu Abdusakur Tan mempertanyakan kesiagaan militer, mengapa orang asing dapat dengan mudah diculik di perairan laut Sulu ketika pasukan tersebut berpatroli di laut ini.
"Militer dan polisi harus menjelaskan pertama mengapa ada orang Indonesia di perairan laut Sulu," kata Tan.
"Kenapa bajak laut mampu mendeteksi kapal tugboat dan orang Indonesia ketika pihak berwenang seharusnya bisa memantau karena dilengkapi dengan peralatan pemantauan?" ujarnya.
Sementara itu juru bicara angkatan bersenjata Filipina, Brigjen Restituto Padilla kepada wartawan di kamp Aguinaldo mengatakan "konsultasi tingkat tinggi" antara Filipina dan Indonesia terus dilakukan.
BACA JUGA: VIDEO – Teroris Sandera Anak Buah Kapal Tanker MT Permina
Tawanan diidentifikasi sebagai Peter Tonsen Barahama, Julian Philip, Alvian Elvis Peti, Mahmud, Surian Syah, Surianto, Wawan Saputra, Bayu Oktavianto, Reynaldi dan Wendi Raknadian.
Diperkirakan para korban penculikan sekarang berada di Sulu atau Basilan.
Hingga kini masih ada 24 sandera kelompok Abu Sayyaf yang masih menunggu pembebasan kala uang tebusan diberikan kepada gerilyawan yang berbasis di Kepulauan Sulu.
Mereka yang masih disandera oleh kelompok Abu Sayyaf, adalah Ewold Horn (Belanda), sepupu Hajan Perong dan Bani Yosua (Filipina-pedagang ikan Tawi-tawi), Toshio Ito (pemburu harta karun Jepang), Tan Yahong Lim (Cina), Dennis Cabadunga (Filipina pengusaha), John Ridsdel (Kanada), Robert Hall (Kanada), darismk Sekkingstand (Norwegia), Marites Flor (Filipina), Rolando del Torchio (Italia), Antonio Tan dan cucu Ray (pengusaha Filipina-Cina), dan Ronnie Bancale (Filipina pedagang Ikan). (tribun/malau/inquirer)