Antisipasi Ancaman PHK, Pulang Kerja Yitno Jualan STMJ Renteng Keliling
Anjloknya bisnis tambang batu bara berimbas terhadap keberlangsungan usaha-jasa lainnya.
Penulis: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto | Editor: Amalia Husnul A
TRIBUNKALTIM.CO - Sejumlah pekerja (buruh) mulai galau dengan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat kondisi ekonomi yang tak kunjung membaik.
Anjloknya bisnis tambang batu bara berimbas terhadap keberlangsungan usaha-jasa lainnya. Yitno (38), salah satu pekerja di perusahaan karoseri mengaku belakangan ini mulai sepi orderan.
Dua tahun lalu perusahaan karoseri tempatnya bekerja masih ramai orderan minimal 20 unit kendaraan dalam satu bulan. Namun saat ini hanya 1-2 unit per bulan.
Bahkan ada pula kendaraan yang sudah diperbaiki, tapi tidak diambil, lantaran perusahaan tambang pemilik kendaraan kolaps.
"Parah banget, terasa banget dampak tambang. Pemakai jasa mayoritas dari perusahaan tambang. Sejak pagi ini sepi, tinggal trailer satu unit yang dikerjakan sejak Januari. Yang lainnya hanya servis biasa," ujarnya kepada Tribun, Rabu (27/4/2016).
BACA JUGA: Peringati Hari Buruh dengan Kegalauan, Waswas Ancaman PHK
Melihat kondisi yang tak kunjung membaik, Yitno khawatir ancaman PHK sudah di depan mata. Meskipun hingga saat ini belum ada karyawan yang di-PHK, namun perusahaan sudah melakukan efisiensi dalam hal bonus.
Ia tak tinggal diam, jauh-jauh hari Yitno pasang ancang-ancang memulai bisnis kecil-kecilan untuk menambah penghasilan. Ia memilih berjualan produk STMJ (susu, telur, madu, jahe) rentengan secara keliling.
Ide menjual STMJ rentengan terbesit dari obrolan chatting bersama temannya di Surabaya. Usaha itu mulai digelutinya sejak dua bulan lalu dengan modal Rp 1,5 juta.
"Kemarin dari teman chatting di Surabaya dia lancar usaha ini. Akhirnya dia nawarin, saya mau usaha sendiri. Saya dulu usaha es kopi, tapi gagal nggak balik modal, malah rugi," katanya.
BACA JUGA: Jumlah PHK Menurun, tapi Disnakersos Tiap Hari Mediasi Orang
Selanjutnya, ia mencoba ambil STMJ dari Surabaya. "Terus 100 renteng saya titipkan orang. Responnya bagus, enak, ya udah saya lanjutin," ungkapnya ketika dijumpai di bengkelnya Jl Soekarno-Hatta, Balikpapan.
Yitno mengaku saat ini sudah memiliki 30 langganan yang tersebar di Balikpapan. Pelanggannya terdiri dari kedai kopi dan angkringan.
Yitno enggan menyebutkan nilai penghasilannya, namun satu sachet STMJ dihargai Rp 5.000.
Untuk menjual barang-barangnya, Yitno membagi waktu setelah pulang kerja dari perusahaan karoseri. Sekitar pukul 17.00 Wita ia berangkat menjajakan STMJ ke angkringan dan warung kopi. (*)