Berita Eksklusif
Pengelola Wisma Lokalisasi Km 17 Sudah Berhaji tapi Belum Tahu Kapan Bertobat
Saking seringnya orang meminta bantuan kepada Nur Ali, ia melihat adanya peluang usaha sehingga ia memanfaatkannya.
Saking seringnya orang meminta bantuan kepada Nur Ali, ia melihat adanya peluang usaha sehingga ia memanfaatkannya.
Baca: Nina Bingung Cari Kerja Pasca Penutupan Lokalisasi, Ia Berharap Bisa Punya Uang untuk Beli Sawah
“Jadi ini karena terpaksa awalnya. Mau tidak mau, karena malu pulang ke Sulawesi kalau tidak punya uang, maka saya kerjakan ini,” ujar Ali yang mengaku bercerai dengan istri pertamanya di Sulawesi.
"Saya dulu sampai harus pergi ke Jawa untuk cari "anggota" baru saking permintaannya tinggi. Itu dulu kalau sekarang kan ada peraturannya kalau bawa orang jadi tidak berani," katanya sambil tertawa.
Ternyata aktivitasnya di Manggar Sari tidak bertahan lama, Pemerintah Kota saat itu ingin menertibkan beberapa lokasi prostitusi di kota untuik dipindahkan ke satu lokasi yakni Kilometer 17 (Km 17).
"Sekitar tahun 1986, semua tempat prostitusi yang ada di kota diminta untuk pindah di satu lokasi yakni Km 17 tetapi saat itu bangunannya belum ada sehingga saya pindah ke kilometer 6 dahulu, setelah bangunan ada baru pindah lagi di kilometer 17," kenangnya.
Baca: Satu per Satu Lokalisasi Ditutup, Para PSK pun Pulang Kampung
Tak kurang selama kurun waktu 30 tahun Nur Ali tinggal di Kilometer 17 dan melakoni kegiatan yang secara Undang-undang terlarang.
Pahit manis telah Nur Ali Rasakan menjadi penyedia pemuas nafsu tersebut, seperti sekitar tahun 2000-an, jumlah pengunjung mencapi 500 tamu setiap malam hingga membuatnya naik haji pada tahun 2007.
Saat ini setelah pemerintah semakin gencar dalam pemberantasan praktik prostitusi berdampak sangat signifikan bagi pendapatannya.
"Sangat sepi tidak bohong saya, tadi malam saja saya lihat hanya ada 30 tamu, kasian juga anak-anak ini tidak ada uang, makanya pemerintah juga tidak perlu sampai mengerahkan anggota banyak dan anggaran besar untuk usir kita, kondisi seperti ini saja sudah buat kita satu per satu keluar," katanya.
Kondisi terakhir Kompleks Lembah Harapan Baru ada sebanyak 40 wisma yang awalnya dibangun pemerintah lewat CV Sepinggan. Untuk jumlah penduduk sekitar 70 kepala keluarga dengan sekitar 300 jiwa.
"Dulu awalnya 25 tapi terbakar satu, satu wisma sekitar ada 15 kamar lah, tetapi sekarang isinya paling hanya satu sampai dua kamar saja orangnya saking sepinya," katanya.
Dengan umur yang sudah kepala 6 sebenarnya Nur Ali sudah tak berniat berkecimpung dalam dunia jual beli nafsu birahi ini.
Ia pun beralasan masih bertahan karena ingin memperjuangkan hak mereka yang telah tinggal dilokasi tersebut dan meminta pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk program meningkatkan keahlian agar para penghuni bisa beralih ke pekerjaan di bidang lain.