Penutupan Lokalisasi

Pemerintah Tutup Lokalisasi, Penghuni Kebingungan untuk Memberi Makan Anak-anak

Dia mengaku belum pernah ada sosialisasi dari pemerintah, baik Pemprov Kaltim maupun Pemkab Kukar terkait penutupan lokalisasi serentak 1 Juni 2016

Penulis: Rahmad Taufik | Editor: Amalia Husnul A
tribunkaltim.co/rahmat taufik
Lokalisasi Km 10, Loa Janan masih tetap beroperasi hingga Rabu (1/6/2016). Koordinator mengaku belum menerima surat edaran dari Pemprov Kaltim maupun Pemkab Kutai Kartanegara terkait penutupan lokalisasi 

TRIBUNKALTIM.CO - Lokalisasi KM 10, Loa Janan, Kutai Kartanegara masih beroperasi hingga Rabu (1/6/2016).

Padahal sebelumnya Pemkab Kukar menegaskan lokalisasi KM 10 dan Simpang Kitadin, Tenggarong Seberang sudah tutup pasca kedatangan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa pada 27 Februari lalu.

Sosialisasi rencana pemerintah menutup lokalisasi dan praktik prostitusi yang beroperasi di Kaltim ternyata masih sebatas di kalangan tertentu. Koordinator Lokalisasi KM 10, Hendro misalnya.

Dia mengaku belum pernah ada sosialisasi dari pemerintah, baik Pemprov Kaltim maupun Pemkab Kukar terkait penutupan lokalisasi serentak pada 1 Juni 2016.

"Saya cuma baca koran dan tahu dari internet semua lokalisasi di Kaltim ditutup, tapi pemerintah sendiri belum pernah turun ke sini," ujar Hendro kepada tribun, Rabu (1/6/2016).

BACA JUGA: Bukan karena Ditutup, PSK Memang Pulang Kampung dengan Biaya Sendiri Menjelang Puasa

Sehingga lokalisasi terbesar dan sempat menjadi primadona itu masih menerima tamu hidung belang sampai kemarin.

"Kalau kita tidak operasi apa yang kita kasih untuk makan anak-anak (PSK) nanti, karena masalah makan anak-anak di sini menjadi tanggungan pengusahanya (mucikari)," katanya.

Saat ini jumlah penghuni lokalisasi KM 10 sebanyak 157 orang, terdiri 130 orang PSK dan 27 orang mucikari. Dari 27 wisma yang ada, 4 wisma di antaranya tidak lagi beroperasi karena terbakar pada 2015 lalu.

Hendro menginginkan pemerintah duduk bersama dengan pengelola lokalisasi.

"Anak asuh dan mucikari yang bekerja di sini mau diarahkan ke mana, permintaan kami kalau bisa solusinya bagaimana dulu. Sejatinya, kami mendukung program pemerintah Jokowi terkait revolusi mental," ujar Hendro.

BACA JUGA: Lokalisasi Disulap Jadi Pesantren, Menteri Khofifah Minta Masyarakat Ikut Andil

Ia berharap anak asuh ini tidak hanya diberikan bekal uang lalu dipulangkan ke kampung daerah asalnya, tapi kalau perlu diberikan ketrampilan.

Selama pulang ke kampung, mereka ini juga perlu dikawal supaya nanti tidak menjamur di pinggir jalan yang akan menyulitkan pengawasan.

Hendro pun mengetahui kunjungan Mensos ke lokalisasi KM 10 pada 3 bulan lalu terkait rencana penutupan lokalisasi. Namun hingga kemarin, ia belum pernah menerima surat edaran soal penutupan lokalisasi yang ditujukan padanya.

"Kami sudah bilang sama Camat, kalau toh memang tidak ada solusi dari pemerintah, kami warga di sini niatnya mau jebol kampung. Terserah pemerintah mau membeli rumah-rumah kita di sini dengan tanahnya, yang penting kita ini tidak dirugikan. Kita mau jual semua kalau tidak usaha lagi di sini," katanya.

BACA JUGA: Lokalisasi Disulap Jadi Pesantren, Menteri Khofifah Minta Masyarakat Ikut Andil

Lokalisasi yang berjarak 36 km dari Tenggarong itu, Rabu kemarin tampak lengang. Beberapa wisma tertutup rapat. Satu dari 4 wisma yang terbakar mulai dibangun dengan konstruksi beton.

Lokalisasi yang berada di Dusun Beringin Jaya, Purwajaya, Loa Janan ini terdiri dari deretan rumah-rumah di kanan-kiri gang sepanjang 600 meter.

Satu-dua orang perempuan berpakaian ketat dan seksi duduk santai di teras rumah dan depan warung. Namun aktivitas lokalisasi pada siang hari kemarin sepi.

Pengunjung yang datang harus melewati pos penjagaan sekuriti. Seorang sekuriti mengatakan, lokalisasi ini dibuka mulai pukul 08.00 hingga pukul 24.00. 

BACA JUGA:  FOTO - Suasana di Lokalisasi, Menunggu Kedatangan Menteri Sosial

Rani (41), nama samaran mendambakan punya warung untuk masa depannya. Penghuni wisma Palm Indah di Lokalisasi KM 10 Loa Janan itu ingin terus bertahan di Kukar.

Ia mendukung program pemerintah jika lokalisasi tempatnya bekerja harus ditutup. Perempuan asal Jember, Jawa Timur ini menjadi penghuni lokalisasi KM 10 sejak 2 tahun silam.

Pasca ditinggal suaminya, ia harus menafkahi kedua orang anaknya di kampung halaman.

Kondisi ekonomi yang terus terpuruk membuatnya nekat datang ke Kukar. Ia pun ditawari menjadi PSK.

"Dulu saya buka warung di kampung daerah asal saya," tuturnya.

BACA JUGA: Dua Istilah Ini yang Kerap Dipakai untuk Berkomunikasi dengan Pelanggan Lokalisasi

Ia mengaku waswas dengan rencana penutupan lokalisasi KM 10. Ia menghendaki pemerintah memberikan solusi terbaik bagi dirinya dan para penghuni lainnya.

Sementara itu belakangan ini lokalisasi KM 10 berangsur sepi seiring banyak perusahaan tambang batubara tutup. "Sekarang sepi, tak seperti dulu," tuturnya.

Sup (50), seorang mucikari, mengaku buka praktik prostitusi sejak 1980. Saat itu lokalisasi KM 10 merupakan pindahan dari KM 5. Kini anak asuhnya berjumlah 6 orang.

Sejak kedatangan Mensos dan kabar penutupan lokalisasi KM 10, wisma yang dikelolanya sepi pengunjung.

Ia balik bertanya, pemerintah memberi kerjaan apa kepadanya dan anak asuhnya. Ia meminta pemerintah memberikan kompensasi pasca ditutup lokalisasi. "Biar rumah besar seperti ini, kalau tidak ada usaha ya percuma," ucapnya.

Has (76), suami Sup, meminta pemerintah tegas. "Kalau mau ditutup harus jelas, jangan bertele-tele. Tolong anak asuk kami diantar ke daerah asalnya, jangan sampai timbul masalah nantinya," ucapnya. (*)

***

Perbarui informasi terkini, unik, dan menarik melalui medsos.

Join BBM Channel, invite PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co, follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved