80 Persen Penduduk Lumbis Ogong Sudah Jalani Perekaman Data e-KTP
"Sekitar 20 persen yang belum kami lakukan perekaman,” ujarnya.
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Nunukan, Samuel Parrangan, memastikan, sekitar 80 persen penduduk di Kecamatan Lumbis Ogong telah terekam melalui elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP).
"Sekitar 20 persen yang belum kami lakukan perekaman,” ujarnya.
Samuel mengaku tidak tahu, jika disaat bersamaan Malaysia juga sedang gencar membuat identity card untuk warga di Kecamatan Lumbis Ogong, khususnya yang berada di sekitar perbatasan Republik Indonesia-Malaysia.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah warga di Kecamatan Lumbis Ogong memilih berpindah kewarganegaraan menjadi warganegara Malaysia karena tergiur Bantuan Rakyat Malaysia (BRM) yang besarnya mencapai RM 1.000 atau sekitar Rp 3.400.000.
Samuel mengatakan, sebagian besar warga di Kecamatan Lumbis Ogong telah memiliki e-KTP. Dari 5.382 jiwa yang terdiri dari 2.706 laki laki dan 2.676 perempuan, penduduk di Kecamatan Lumbis Ogong, hampir seluruhnya telah melakukan perekaman e-KTP.
(Baca juga: Timbul Keinginan Pindah Kewarganegaraan, Perhatian untuk Perbatasan Perlu Dievaluasi)
Tidak hanya saat ini saja pihaknya gencar melakukan perekaman data, pada tahun lalu juga dilakukan perekaman data. Hal itu untuk merespon isu eksodus warga perbatasan Republik Indonesia ke Malaysia.
“Bahkan saat itu Badan Intelijen Negara ikut menyaksikan perekaman yang dilakukan di kantor kecamatan berpusat di Binter,” ujarnya.
Direncanakan, perekaman data untuk memastikan 100 persen warga setempat telah terekam e-KTP dilakukan pada 30 Juli-5 Agustus 2016.
"Kami didanai provinsi. Akan ada 11 orang yang berangkat ke Tao Lumbis. Nanti 7 orang dari Disdukcapil Nunukan dan 4 orang dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara,” katanya.
Perekaman data, sebutnya, akan difokuskan untuk warga empat desa masing-masing Desa Sumantobol, Desa Panas, Desa Labang, dan Desa Tao Lumbis.
“Ini akan berpusat di Mansalong dan Tao Lumbis,” ujarnya.
Diakui, untuk proses perekaman ini bukanlah persoalan yang mudah dan murah.
Samuel mengatakan, kondisi geografis yang sangat sulit dijangkau tentu menjadi kekhawatiran tersendiri. Selain harus ditempuh selama sekitar tujuh jam, perjalanan hanya bisa dilakukan dengan perahu kelotok melewati giram.
“Biaya transportasi juga sangat mahal,” ujarnya.
Tim yang akan berangkat ke Tao Lumbis misalnya, harus menyiapkan dana sekitar Rp 8 juta untuk transportasi pergi pulang. Biaya itu masih lebih murah dibandingkan harga normal mencapai Rp10 juta.
"Pak Camat yang carikan perahu, jadi dapatnya murah. Kami membawa semua peralatan perekaman, genset, solar, langsung cetak di sana KTP,” katanya.
Dia mengatakan, semua persiapan sudah dilakukan dengan mengantisipasi kondisi Kecamatan Lumbis Ogong dengan segala keterbatasannya.
"Nanti di sana kami juga akan tanyakan ke camat untuk BRM dan kewarganegaraan ganda," ujarnya. (*)
***