Kesehatan

Usai Melahirkan, Ibu Depresi dan tak Bahagia? Perhatikan 8 Hal Ini

Pada beberapa kasus, seorang ibu bahkan tega membunuh anaknya sendiri yang masih bayi karena berhalusinasi akibat depresi berat.

Thinkstockphotos
Ilustrasi 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Gangguan emosional bisa dialami seorang ibu pascamelahirkan. Kondisi ini bisa ringan dan hilang dalam beberapa hari, namun juga ada kemungkinan berlanjut menjadi depresi dan psikosis.

Pada beberapa kasus, seorang ibu bahkan tega membunuh anaknya sendiri yang masih bayi karena berhalusinasi akibat depresi berat.

Psikolog dan juga terapis, Nuzulia Rahma Tristinarum atau akrab disapa Lia mengatakan, suami, keluarga, maupun orang-orang di sekitar terkadang tak menyadari tanda-tanda depresi setelah melahirkan yang dialami seorang ibu.

"Postpartum depression kalau memang sudah berat bisa mulai ada pikiran ingin melukai bayi dan diri sendiri," kata Lia saat dihubungi Kompas.com.

Baca juga: Cek Filter Warna Instagram Anda, Sedang Bahagia atau Depresi?

Jika gejalanya dikenali lebih dini, penderita bisa mendapat bantuan profesional sehingga hal yang tidak diinginkan bisa dicegah.

Berikut tanda-tanda depresi pasca-kelahiran seperti dipaparkan Lia.

1. Sering marah dan menangis

2. Mudah tersinggung

3. Merasa sedih, tak berdaya, dan merasa bersalah

4. Kehilangan napsu makan sehingga berat badan turun

5. Mengalami gangguan tidur

6. Kehilangan minat pada hal-hal yang disukai, diri sendiri, dan bayi. Misalnya tidak mau mengurus bayi.

7. Merasa sendiri dan mengkritik berlebihan terhadap diri sendiri.

8. Mulai ada pikiran untuk melukai diri sendiri dan bayinya.

Berbeda dengan baby blues, depresi pasca-kelahiran bisa berlangsung lama setelah melahirkan. Bisa terjadi lebih dari dua minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun lamanya jika tidak segera diatasi.

Baca: Catat! Jangan Tunda ke Dokter jika Alami Depresi

Lia mengungkapkan, depresi pasca-kelahirkan bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari fisik, psikologis, dan psikososial. Penyebab fisik misalnya, perubahan hormonal setelah melahirkan, penyakit yang dialami ibu sebelum atau setelah melahirkan, komplikasi kehamilan, hingga masalah menyusui bayi.

Kondisi itu juga bisa dipicu oleh kondisi psikis ibu, seperti pernah depresi sebelumnya, memiliki karakter perfeksionis, dan terdapat tekanan atau stres dalam diri, seperti masalah dengan suami dan keluarga.

Adapun faktor psikososial, antra lain karena kondisi keluarga dan lingkungan yang tidak mendukung, kesulitan mengasuh anak, seperti jarak anak pertama dan kedua terlalu dekat. Jika ibu menunjukkan tanda-tanda depresi pasca-kelahiran, suami, keluarga, dan kerabat bisa memberikan dukungan psikologis.

Jika tak bisa menanganinya sendiri, jangan ragu meminta bantuan psikolog maupun psikiater. (Dian Maharani)

***

Baca berita unik, menarik, eksklusif dan lengkap di Harian Pagi TRIBUN KALTIM

Perbarui informasi terkini, klik  www.TribunKaltim.co

Dan bergabunglah dengan medsos:

Join BBM Channel - PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co,  follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved