Salam Tribun
Swagger & Follower; Antara Kendall Jenner, Gigi Hadid, dan Awkarin
Jika sudah populer di medsos, maka media mainstream akan mengikutinya dengan pemberitaan, dan jadilah Anda seorang tokoh idola.
Bigo Live sendiri menjadi satu aplikasi yang paling disukai oleh para netizen muda di Asia Tenggara terutama di Singapura, Indonesia, Laos, Vietnam, Thailand, Malaysia dan Kamboja.
Baca: Tren, Kaum Pelajar Rela Umbar Tubuh di Depan Kamera Livestreaming Demi Duit
Aduh miris bukan? Fenomena Awkarin dan teman-temannya bisa disebut generasi swag. Apa pula itu swag? Secara etimologis, swag berarti barang curian. Akan tetapi, swag dalam istilah gaul diartikan sebagai keren.
Kata `swag' ini beberapa tahun lalu kerap muncul dalam lirik lagu-lagu Justin Bieber. Arti `swag' menurut Justin, kira-kira begini, "Swag adalah tentang menjadi diri sendiri. Kita tidak perlu terlalu berusaha untuk menjadi spesial, just be yourself."
Swag lalu seolah menjadi mantra baru di kalangan para remaja, ababil alias ABG labil.
Swagger juga berarti sosok yang menjadi dominan atau elite karena kelebihan yang dimilikinya.
Seseorang menjadi swagger karena ia keren, punya rasa percaya diri yang tinggi, punya taste dalam hal fashion dan style, serta punya karisma yang membuatnya menjadi daya tarik dan punya `pengikut'. Ya mirip-mirip Kendall, Gigi, juga Awkarin.
Sebagai generasi yang lebih dulu muncul, rasanya kita kok begitu ngeri dengan fenomena ini. Mengidolakan seseorang itu wajar, tapi kalau yang diikuti semacam Awkarin dan teman-temannya, membuat kita waswas.
Lantas bagaimana menghentikannya? Tak bisa melarang tapi bertanyalah sungguh-sungguh ke diri kita, apa yang sudah kita bekali untuk anak-anak kita menjalani hidup di masa depan?
Boleh saja ia menjadi swagger atau follower, sepanjang seseorang atau apa yang dilakukan adalah hal yang memang benar-benar patut diteladani. (*)