Abrasi Robohkan Tiga Bangunan, Samsuddin Pilih Bertahan di Bagian Rumah yang Tersisa
Mereka nekat masih menempati bangunan dimaksud sambil menunggu mendapatkan lokasi baru untuk pindah.
Derasnya hantaman ombak dari Laut Sulawesi menyebabkan daratan di pulau yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini terus mengecil.
Haji Ali Karim seorang tokoh masyarakat Sebatik mengatakan, abrasi paling parah terjadi sejak awal tahun 1990-an. Sejak saat itu hingga kini sudah lima shaf rumah penduduk tergilas abrasi di Tanjung Aru.
Pohon kelapa dan pohon buah milik warga juga ikut roboh. Puluhan rumah lainnya terancam roboh, bahkan sejumlah rumah mulai ditinggalkan penghuninya.
"Kalau tidak ada perhatian pemerintah, bisa hilang terus daratan di sini," ujarnya.
Samsuddin mengatakan, sampai saat ini belum ada upaya pemerintah untuk mengatasi abrasi yang menyebabkan bangunan miliknya hancur.
"Belum ada kalau pemerintah bilang bagaimana-bagaimana?” ujarnya.
Dia memperkirakan, tiga bangunan yang hancur itu memiliki nilai sekitar Rp 800 juta. (*)