Ledakan Bom di Samarinda

Bisa Menangis dan Bicara, Trinity Bocah Korban Ledakan Bom Ingin Jadi Penjinak Bom

Saat saya kunjungi, dia (Trinity) sempat bilang ingin membeli petasan, kemudian menjinakkannya, serta menjadi penjinak bom.

Penulis: tribunkaltim | Editor: Amalia Husnul A
tribunkaltim.co/anjas pratama
Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Arist Merdeka Sirait 

Laporan wartawan Tribun Kaltim.co, Anjas Pratama dan Siti Zubaidah

Tiga bocah, korban aksi bom molotov di halaman Gereja Oikumene, Kota Samarinda yang mengalami luka bakar kondisinya mulai membaik.

Trinity, salah satu korban sudah bisa nangis dan bicara.

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Ada hal menarik ketika Trinity dikunjungi Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Arist Merdeka Sirait di ruang PI-CU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, Selasa (15/11/2016).

Kepada Arist, Trinity mengaku bercita-cita ingin menjadi penjinak bom nantinya.

"Saat saya kunjungi, dia (Trinity) sempat bilang ingin membeli petasan, kemudian menjinakkannya, serta menjadi penjinak bom. Jadi, memorinya sudah jalan untuk hal ini. Luar biasa, ketika seorang anak masih mengingat jelas, dan membuktikan bahwa ia anti akan bom," ujar Aris Merdeka Sirait didampingi Sumadi, perwakilan PKBI Kaltim.

Baca: Selamat Jalan Intan. . . Hujan Petir Iringi Pemakaman Balita Korban Ledakan Bom

"Iya, Trinity sampai teriak akan hal itu, bilang bahwa ia ingin menjadi penjinak bom," kata Sumadi menegaskan.

Untuk hal tersebut, Aris mengaku perlu ada langkah lanjutan usai Trinity nantinya dinyatakan sembuh pasca kejadian pengeboman tersebut.

"Ini diperlukan adanya terapi psyco social yang dilakukan. Tetapi, memang untuk sementara, fokus dahulu pada pengobatana medis," katanya.

Dari keluarga Trinity, mengungkakan bahwa ini harus menjadi korban terakhir bagi Kaltim dan Indonesia, yakni adanya anak kecil menjadi korban pengeboman.

"Mereka minta didoakan agar cepat sembuh. Selain itu berharap mereka saja yang menjadi korban terakhir pengeboman. Jangan ada lagi korban jatuh akibat hal sama," katanya.

Baca: Begini Curahan Hati Keluarga di Medan Saat Tahu Intan Korban Ledakan Bom Tewas

Sementara itu, untuk pelaku pengeboman, Aris mengutuk tegas aksi kejahatan kemanusiaan yang terjadi tersebut.

"Ini jelas kejahatan kemanusiaan. Anak-anak sedang beribadah, tetapi mengalami kejahatan seperti ini. Peristiwa ini tak boleh terjadi kembali di Indonesia, apalagi di Samarinda," katanya.

Komnas juga mengutuk, karena pelaku menghilangkan hak hidup secara paksa akan satu anak yang sudah lebih dahulu meninggalkan keluarganya, yakni Intan.

Senada dengan Aris, Andi Busman dari Aktivis Perlindungan Anak Kaltim, juga menyampaikan hal serupa.

"Siapa yang tidak merasa kelu hatinya setelah melihat justru anak-anaklah yang menjadi korban atas aksi terorisme ini. Mereka tidak tahu apa-apa.

Baca: Jaman Kaltim Desak Polri Ungkap Motif Teror Bom Molotov di Gereja Oikumene dan Vihara Budi Dharma

Meskipun sudah berlalu, tak ada yang bisa menghilangkan ingatan kelam mereka nantinya karena pernah menjadi korban pengeboman.

Seluruh pihak juga harus memikirkan, apa-apa saja upaya penyembuhan, secara mental, jika nantiya ketiga anak ini dinyatakan sembuh dari luka-luka media," ucapnya.

Terkait perkembangan pengobatan, Direktur RSUD AW Sjahranie Samarinda, Rachim Dinata, menyampaikan

"Sudah 50 persen luka bakar teratasi. Selain itu Trinity juga sudah bisa nangis dan bicara, yang menunjukkan perbaikan. Bisa menangis, berarti saluran pernapasannya bagus.

Jika masih bermasalah, bisa saja ketika dia menangis ataupun bicara, tidak terdengar suara yang jelas, tetapi kan tidak seperti itu," katanya.

Baca: Operasi Antisipasi Teroris, 20 Orang Ber-KTP Non Balikpapan Terjaring Satpol PP

Untuk memastikan secara pasti, Rachim pun harus menunggu 12 hari, hingga kondisi anak-anak korban tersebut benar-benar pulih.

"Kami tunggu hingga 12 hari ke depan. Itu masuk dalam periode kritis. Untuk pembersihan luka bakar, kami lakukan dua hari sekali," katanya.

Tiga korban aksi bom menurut dr Rachim, sudah mulai membaik.

"Sudah dua korban yang dirawat di sini (RS AWS), Trinity Hutahayan (3) dan  Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4). Namun, Alvaro baru dipindahkan tadi siang (kemarin, red)," kata Rachim.

Rachim mengatakan, luka bakar Trinity masih 50 persen, setiap dua hari hari dicek, dengan penanganan debridement, artinya pembersihan luka bakar.

Sementara korban lainnya, Alvaro dirujuk ke AW Sjahranie Samarinda agar mendapat penangan yang serius, sebab di rumah sakit ini sudah menyiapkan lima tim medis yang khusus menanggani kondisi korban bom molotov ini. 

Rachim berharap korban semua cepat membaik. "Penanganan terus kami lakukan, ada lima dokter yang ikut menangani, " katanya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved