Ledakan Bom di Samarinda

Gereja Oikumene Gelar Doa dan Penghiburan untuk Intan, Balita Korban Ledakan Bom

Pendeta Gereja Oikumene, Anton Rumahorbo mengatakan, trauma mendalam tentu sangat dirasakan oleh orangtua korban ledakan bom.

Editor: Amalia Husnul A
Kontributor Samarinda, Gusti Nara
Ibadah Minggu pertama pasca ledakan bom molotov minggu lalu banyak diikuti jemaat dari gereja lain untuk memberi semangat pada jemaat Gereja Oikumene Sengkotek Samarinda, Minggu (20/11/2016). 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Ibadah pertama pasca-ledakam bom, Gereja Oikumene menggelar doa ritual khusus Adat Batak untuk menghibur orangtua Intan Olivia Banjarnahor (2), korban tewas peristiwa tersebut, Minggu (20/11/2016).

Tak hanya untuk keluarga korban yang meninggal, ritual ini juga untuk keluarga korban yang saat ini masih dirawat di rumah sakit.

Pendeta Gereja Oikumene, Anton Rumahorbo mengatakan, trauma mendalam tentu sangat dirasakan oleh orangtua korban ledakan bom.

Salah satunya adalah Anggiat Manumpak Banjarnahor, ayah dari Intan Olivia. Dia tampak tegar kembali ke Gereja Oikumene. Padahal sepekan lalu, dia menyaksikan sendiri Intan terbakar.

“Ini adalah doa dan ritual dari adat Batak. Artinya supaya jernih penglihatan, korban bencana itu sekarang matanya tidak bisa melihat. Harapan kita ini semuanya harapan ini sifatnya bermuatan dengan doa supaya yang sakit matanya bisa jernih,” ujarnya, Minggu (20/11/2016).

Baca: VIDEO – Inilah Prosesi Pemakaman Intan Olivia Korban Ledakan Bom Gereja

Ritual ini untuk menunjukkan kebersamaan sesama jemaat agar orangtua korban tidak terus bersedih. Pihak gereja menguatkan orangtua korban dengan hidangan yang diberkati Tuhan. Hidangan itu lalu dimakan oleh ayah para korban.

Tujuannya untuk menghapus trauma dan tidak lagi tenggelam dalam kesedihan.

“Dukungan terhadap orangtua korban melalui ritual khusus ini perlu dilakukan agar bisa tabah menerima takdir Tuhan. Orangtuanya selama ini sudah banyak mengeluarkan air mata, menderaikan air mata, supaya tidak lagi ke depan ini dia terjadi menangis dan meratap terus. Semoga ada penghiburan,” ungkapnya.

Sebelumnya, pada hari Minggu (13/11/2016) sekitar pukul 10.00 Wita, sebuah bom meledak di depan Gereja Oikumene, Kota Samarinda.

Baca: Tersangka Teror Bom Gereja Bertambah? Intelijen Tetap Telusuri Jaringan di Kaltim

Bom meledak beberapa saat usai melaksanakan ibadah Minggu.

Tercatat empat orang menjadi korban, seluruh korban adalah balita.

Satu korban meninggal dunia usai menjalani perawatan, masih ada tiga korban lagi yang menjalani perawatan di rumah sakit.

Aparat kepolisian telah menetapkan tujuh tersangka yang merupakan jaringan pelaku pengeboman. (Kontributor Samarinda, Gusti Nara)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved