ABG Ini Gabung Sindikat Curanmor Antar Kota, Begini Kisahnya Mulai Direkrut Sampai Penyesalannya
"Waktu diajarin, saya langsung bisa. Latihan sebentar, tak lama kemudia baru beneran coba," ungkapnya.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani |
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Muhammad Fachri Ramadhani
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Remaja berusia 16 tahun asal Muara Badak ini menjadi salah satu anggota kelompok sindikat curanmor di Kaltim. Laki-laki berinisial AF (16) mengawali riwayat di dunia kejahatan sejak November 2016 silam.
Kepada media ini, AF (16) mengaku diajak salah satu pentolan kelompok pelaku kejahatan curanmor antar kota yang baru ini diringkus Jatanras Ditkrimum Polda Kaltim.
"Saya menganggur. Waktu itu ada yang ngajak saya begitu, Ya karena gak punya pegangan, saya mau aja," tuturnya, Minggu (9/7/2017).
Sebelum beraksi di lapangan untuk pertama kalinya, terlebih dahulu AF diajarkan teknik dan trik bagaimana melakukan pencurian kendaraan bermotor.
"Waktu diajarin, saya langsung bisa. Latihan sebentar, tak lama kemudia baru beneran coba," ungkapnya.
Mengenakan baju tahanan berwarna oranye lengkap dengan penutup kepala, ia memeragakan bagaimana cara menggondol motor korbannya. AF (16) memang bertugas sebagai pemetik atau eksekutor kawanan tersebut beraksi.
Ia dibawa petugas ke lokasi penyimpanan barang bukti, dengan memegang kunci T ia menunjukkan kepada awak media cara mencuri motor.
Jika menggunakan kunci T gagal, ada cara lain, yakni dengan membongkar kap depan motor, lalu mengeluarkan beberapa kabel, kemudian menyambung kabel kelistrikan tertentu motor tersebut. Walhasil, mesin motor hidup, lalu kendaraan tersebut berhasil ia gondol.
"Satu menit pak, motor udah bisa jalan. Masukan T, tekan lalu paksa sedikit. Kalau sambung kabel agak lama, kira-kira 10 menitan," bebernya.
Sejak terjun di dunia kejahatan, ia mengaku baru 8 kali memetik kendaraan curian. Dalam sehari ia bisa memetik 1 hingga 2 motor bersama kawanannya. Tak setiap hari ia beraksi, pada hari tertentu mereka turun dari Muara Badak ke kota seperti Samarinda.
Usai motor curian didapat, kendaraan tersebut diserahkan kepada anggota kelompok yang memang bertugas menjualnya ke beberapa penadah. Biasanya dijual ke penadah di perkebunan sawit di Kukar.
Motor yang mulanya dibanderol harga belasan juta, ditangan kelompok mereka hanya dijual sekitar Rp 1,5 juta.
Dari hasil penjualan tersebut biasanya anggota divisi pemasaran mereka, membagi rata.
"Saya dapat paling Rp 300 ribu, satu motor. Uangnya, ya buat keperluan makan, baju-baju gitu," ucap remaja yang hanya lulusan SMP tersebut.