Derita Warga Pegat Batumbuk, Punya Hunian tanpa Kuburan hingga Melahirkan di Atas Speed Boat

Pun demikian halnya dengan persoalan listrik. Selama puluhan tahun warga di kampung ini merasakan hidup gelap gulita.

Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Syaiful Syafar
Facebook
Proses pengantaran jenazah di kampung Pegat Batumbuk, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. 

Akses menuju kampung Pegat Batumbuk hanya dapat dilalui melaui jalur transportasi air sungai dari kota Tanjung Redeb.

Berdasarkan cerita masyarakat kampung Pegat Batumbuk, untuk mencapai kota Tanjung Redeb menggunakan perahu mereka membutuhkan biaya sekitar Rp 400.000 pulang-pergi, untuk biaya bahan bakar.

Namun di balik segala kekurangan itu, Pegat Batumbuk adalah 'surga' bagi para nelayan.

Kekayaan perairan muara membuat warga di sini bisa bertahan hidup.

Mereka bahkan sukses membuat produksi unggulan, salah satunya berupa terasi.

Warga Pegat Batumbuk mengolah terasi dari bahan baku udang segar
Warga di kampung Pegat Batumbuk mengolah terasi. (IST)

Terasi hasil olahan kampung Pegat Batumbuk sudah dikenal miliki rasa yang sangat enak.

Bahan bakunya udang segar. Warga Pegat Batumbuk menyebutnya dengan istilah udang Bapay.

Produksi terasi ini telah berlangsung sejak bertahun-tahun lalu.

Karena sudah merupakan kegiatan produksi secara turun temurun, maka kegiatan pembuatan terasi sudah merupakan keterampilan umum masyarakat kampung Pegat Batumbuk.

Permasalahan yang dihadapi terkait produk unggulan ini adalah jaringan pemasaran yang masih terbatas, yaitu sebagian besar masih dipasarkan di Tanjung Redeb. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved