Tunjukkan Bakat Anak Didiknya Main Marching Band, Eh Kepsek Ini Malah Dicopot Bupati

Niat hati ingin menunjukkan bakat siswanya pada upacara Hari Ulang Tahun Ke-72 Bangsa Indonesia, para guru SMPN 2 malah mendapat malu.

IST
Ilustrasi - MB WPS KPC saat tampil pada event Grand Prix Marching Band (GPMB) di penghujung tahun 2014 lalu. 

TRIBUNKALTIM.CO, PARAPAT - Niat hati ingin menunjukkan bakat siswanya pada upacara Hari Ulang Tahun Ke-72 Bangsa Indonesia, para guru SMPN 2 Girsang Sipangan Bolon malah mendapat malu.

Pasalnya, usai upacara di Pantai Bebas, Danau Toba, Kamis (17/8/2017), Bupati Simalungun JR Saragih mencopot kepala sekolah tersebut.

Kejadiaannya bermula, saat para siswa SMPN 2 Girsang Sipangan Bolon ingin menunjukkan kebolehan mereka memainkan marching band.

Padahal pada rundown acara tidak ada penampilan marching band dari SMPN 2 Girsang Sipangan Bolon.

Tapi, mereka ingin memberi kejutan kepada sang Bupati.

"Sebenarnya, nggak ada jadwal mereka (siswa SMPN 2) tampil. Tapi mereka memaksa, mau memberi kejutan kepada Bupati," kata seorang panitia.

Ketika siswa sekolah tersebut tampil, tiba-tiba seorang guru memohon maaf, karena penampilan marching band anak didiknya ala kadarnya.

Baca: Cucunya Pilih Hidup Selibat dan Kaul Miskin, Bos Djarum Malah Bilang Begini

"Kami selaku sekolah SMPN 2 Girsang Sipangan Bolon meminta maaf atas minimnya peralatan marching band kami. Karena itu, kami meminta bantuan kepada Bupati Simalungun JR Saragih untuk memerhatikan marching band ini," ucap guru SMPN 2 Girsang Sipangan Bolon, Bolon Risdauli.

Mendengar ucapan guru tersebut, JR Saragih tampak kecewa.

Ia pun mengatakan, seharusnya dengan adanya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) setiap tahun, tidak pantas peralatan marching band lusuh.

"Setiap sekolah selalu diberi dana Bantuan Operasional Sekolah. Ini bentuk kelalaian kepala sekolah. Saya enggak mau tahu, hari ini juga kepala sekolahnya harus dicopot," katanya, kemarin.

Baca: Waduh, Jembatan Senilai Rp 17 Miliar di Kalsel Roboh, Padahal Baru Dibangun 2 Tahun Lho!

JR Saragih mengatakan, dengan ada dana BOS, maka seluruh sekolah di Kabupaten Simalungun bisa menggunakannya dengan baik bukan hanya membeli peralatan marching band, tapi juga untuk membantu siswa yang kurang mampu.

"Saya minta kepada seluruh masyarakat agar mengoreksi seluruh guru. Ini menjadi perhatian buat seluruh guru, karena saya selalu memerhatikan masyarakat. Artinya, jangan seakan-akan Pemerintahan Kabupaten Simalungun disalahkan dan dianggap tak peduli," katanya.

Ia menambahkan, setiap tahun sekolah menerima bantuan ratusan juta.

Para siswa SMPN 2 Girsang saat bermain Marching Band saat perayaan Hut kemerdekaan di pantai bebas Danau Toba.
Para siswa SMPN 2 Girsang saat bermain Marching Band saat perayaan Hut kemerdekaan di pantai bebas Danau Toba. (Tribun Medan/M Azhary Tanjung)

Baca: Di RSKO Ello Teriak-teriak kepada Petugas, Ternyata Ini Penyebabnya

"Setiap tahun, sekolah tersebut menerima Rp 527 juta. Seharusnya dengan dana tersebut, sekolah sanggup membeli peralatan marching band. Ini saya dengar sudah 10 tahun peralatan tersebut tidak diganti," katanya.

Pantauan Tribun di lapangan, memang peralatan marching band sekolah tersebut memprihatinkan.

Senar drum dan bas drum sudah tampak lusuh dan berbalut isolatif hitam. Yang tampak bagus, hanya simbal.

Setelah JR Saragih mengungkapkan kekesalannya, siswa SMPN 2 Girsang Sipangan Bolon dipersilahkan menampilkan kebolehannya.

Usai main marching band tersebut, para siswa berfoto bersama JR Saragih.

Untuk menghargai kerja dan permainan marching band siswa tersebut, JR Saragih memberi uang makan kepada mereka Rp 10 juta.

Baca: Simpang Susun Semanggi Diresmikan, Nama Ahok Banyak Disebut

Kepala Dinas Pendidikan Simalungun Resman Saragih mengatakan, pencopotan Kepala SMPN 2 Girsang Sipangan Bolon merupakan konsekuensi dari kelalaian sekolah tersebut.

"Hal ini bisa menjadi pelajaran buat sekolah lain, karena tiap sekolah harus benar-benar memerhatikan dana BOS. Marilah menggunakannya dengan baik," katanya.

Sementara itu, Kepala SMPN 2 Girsang Sipangan Bolon, Rosmey Manurung, mengaku, dana BOS digunakan untuk perawatan gedung sekolah dan kebutuhan siswa, khususnya buku.

"Pembenahan marching band memang belum sampai, karena selama ini dana BOS digunakan untuk kebutuhan sekolah," ucap perempuan yang baru lima bulan menjabat sebagai Kepala SMPN 2 Girsang Sipangan Bolon.

Baca: Tak Jadi Pulang ke Indonesia, 5 Penyidik Periksa Rizieq Shihab Terkait Dugaan Pornografi

Gunakan Bambu
Guru SMPN 2 Girsang Sipangan Bolon mengakui, memang alat marching band mereka masih seadanya.

Bahkan, ia terpaksa melakban senar marching band anak-anak didiknya.

"Kalau lihat keadaan, memang peralatan kami tidak memadai. Tadi pagi sebelum tampil, saya lakban peralatannya," kata Risdauli.

Hanya saja, karena ada undangan untuk tampil pada upacara perayaan HUT Ke-72 RI di Parapat, mereka memaksakan diri dengan alat seadanya.

Ia mengakui, kurang lebih sekitar 15 tahun tidak pernah ada perawatan atau peggantian alat marching band, meski sudah ada dana BOS.

"Terakhir, beli pianika, kurang lebih 15 tahun lalu," katanya.

Ia pun mengakui, selama latihan para siswa hanya menggunakan bambu, yang diikat karet sebagai pengganti stik.

"Baru kemarin, dibeli kepala sekolah stik untuk drumband, biasannya hanya menggunakan bambu," ujarnya.

Saat ditanya, apakah tidak pernah dana BOS diperuntukkan untuk membeli alat drumband, ia mengakuinya.

Hanya beli pianika saja, itupun sudah lama seperti yang saya bilang tadi," ujarnya. (Tribun Medan/Ari)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved