Berawal dari Kasihan, Bidan Suraidah Bikin Sekolah di Kolong Rumahnya untuk Anak-anak TKI

Senyum kegembiraan terpancar dari raut wajah bidan Hj Suraidah, Kepala Sekolah Tapal Batas Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Furqan Sebatik.

Penulis: Junisah |
TRIBUN KALTIM/JUNISAH
Suraidah (dua dari kanan) foto bersama 71 orang yang menerima penghargaan yang sama. Tampak hadir Ketua Dewan Pengarah UKKP-PIP Megawati Soekarno Putri, Senin (21/8/2017) di JCC. 

“Alhamdulillah dengan penghargaan yang saya terima ini. Insya Allah kedepanya saya akan memberikan motivasi kepada anak-anak untuk bisa berprestasi lagi. Apalagi saat ini kami sudah ada asrama putri bantuan dari PT Pertamina EP Asset 5. Saya berharap dengan adanya asrama ini gizi anak-anak dapat lebih baik lagi dan dapat meningkatkan kualitas anak didik kami,” ujarnya saat dihubungi Tribun.

Wanita kelahiran Sidrap Sulewesi Selatan, 2 Desember tahun1954, mendapatkan penghargaan ini atas pengabdiannya mengajarkan anak-anak di sekolah tapal batas yang didirikannya.

Awalnya, Suraidah menawarkan dirinya untuk menjaga anak-anak yang orangtuanya mencari nafkah untuk bekerja di perkebunan kelapa sawit di daerah Beryoko dan Bergosong di Malaysia.

Wanita lulusan Akademi Keperawatan dan Kebidanan Universitas Hasanuddin Makkasar ini, merasa kasihan.

Setiap orangtuanya berangkat bekerja di Malaysia, anak-anak TKI ini kerjanya dari pagi sampai sore hari hanya bermain dan tidak pernah mendapatkan pendidikan.

Dari sinilah akhirnya tahun 2012, Suraidah menyulap kolong rumahnya menjadi tempat belajar anak-anak TKI.

Awalnya hanya 16 orang anak saja.

Sampai akhirnya tahun 2015, sekolah tapal batas yang didirikan Suraidah ini mendapatkan izin operasional dari Kementerian Agama (Kemenag).

Bahkan berkat upaya kerasnya membangun sekolah tapal batas Kemenag membantu dua ruangan kelas.

Dengan adanya bantuan ini anak-anak TKI tidak lagi sekolah di kolong rumah.

Tak hanya itu karena rumah anak-anak TKI ini jauh dari rumah, PT Pertamina EP Asset 5 ikut membantu membangun asrama putri.

Sehingga anak-anak TKI bisa tinggal lebih lama di sekolah dan tidak perlu lagi setiap hari pulang pergi Indonesia dan Malaysia.

Pulang ke rumahnya di Malaysia cukup sebulan sekali. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved