Edisi Cetak Tribun Kaltim

Gara-gara Listrik, Gedung Education Centre Senilai Rp 84,4 Miliar tak Terurus

Begitu juga dengan kondisi dalam hall yang mulai diisi beberapa genangan air di atas lantai. Beberapa plafon juga terlihat terkelupas

Penulis: tribunkaltim | Editor: Januar Alamijaya
Tribun Kaltim/Nevrianto
Gedung Education Centre 

Kedua, adalah LPKR (Lembaga Pengembagan Kreatifitas) Kaltim, sebuah LSM yang ditunjuk Pemprov mengembangkan beberapa kegiatan di Education Center.

Kedua pihak inilah yang sementara menjadi pengoperasionalan Education Center.

Baca: Curhatan Afgan Diusir dari Prambanan Jazz, Molor 2 Jam, Sound System Mati, hingga Lampu Dimatikan

"Saat ini, kami sudah lakukan beberapa kegiatan di EC. Seperti dance, tari, musik, serta lainnya.Tetapi, kendala utama memang adalah ketersediaan listrik. Kami tak bisa melakukan kegiatan besar, misalnya
menggunakan hall EC, karena pasokan listrik tak ada.Padahal, kapasitas hall di EC itu bisa menampung hingga 200 orang. Belum lagi misalnya, halaman. Itu jika ada pasokan listrik, bisa digunakan sebagai area kuliner," ujar Yoyok Prasetyo, Ketua LPKR Kaltim.

Kendala lain, yakni tak tersedianya kantin di dalam EC. Jika LPKR mengadakan kegiatan, sebagian besar siswa sekolah justru memilih makan di luar EC.

"Kalau dilihat potensi, EC bisa sangat potential. Semuanya sudah lengkap. Mulai dari ketersediaan hall, lab, hingga asrama. Tetapi, kembali pada masalah utama tadi, belum ada listrik. Tak ada juga kantin. Sekarang sudah ada sekitar 500 orang dari anggota LPKR yang menggunakan EC, tetapi kesulitan jika ingin mendapatkan makanan," katanya.

Persoalan tak ada listrik ini kemudian Tribun konfirmasi kepada Mispoyo, Kasubag Perencanaan Disdik Kaltim.

Disebutnya, Disdik sudah pernah mengajukan pengadaan listrik pada 2016 lalu. Saat itu rupiah yang disiapkan ada Rp 558 juta, digunakan sebagai daya listrik awal EC.

Baca: Terkait Perceraian dengan Caisar, Berikut Enam Hal Pengakuan Indadari

Namun, meski sudah dianggarkan, listrik tak bisa masuk.
Penyebabnya, PLN saat itu masih belum memiliki daya berlebih untuk menerangi EC. Lepas di 2016, pengajuan kembali dilakukan di 2017. Anggaran yang dipatok adalah Rp1,4 miliar untuk daya lsitrik 555 kVA.

"Sudah diajukan di APBD-P 2017. Jumlahnya sebesar Rp 1,4 miliar, untuk daya listrik 555 kVA. Hitungan besaran Rp 1,4 miliar ini kami dapatkan dari pengelola EC. Disdik hanya anggarkan saja," ujar Mispoyo.

Apakah pengelola EC, sudah mengajukan permohonan listrik, dijawan M. Yusuf, sudah beberapa kali dilakukan. Tetapi, karena menunggu palu APBD-P 2017 diketok, ia belum bisa memastikan kapan listrik mulai bisa masuk di EC.

"Listrik sudah kami ajukan ke PLN Samarinda, sebesar 555 kVA. Itu sudah menerangi seluruh bangunan di EC. Kami sudah kontak dengan PLN, dan mereka sudah siap. Tinggal menunggu ketok palu dari pemerintah," ujarnya.

Manager PLN Samarinda, Basuki, juga mengiyakan hal tersebut. Pihaknya tak butuh waktu lama untuk bisa menerangi EC. Tetapi, kepastian akan pendanaan sudah harus diberikan oleh pengelola EC.

"Masalah daya kami tak masalah. PLN Samarinda surplus 140 megawatt, sementara daya yang diminta EC hanya 555 kVA. Itu sama seperti 0,5 megawatt. Jadi, dua kali lipat daya listrik yang dminta EC pun sekarang kami bisa penuhi. Kapan bisa menyala, karena daya di atas 200 kVA, maka pengelola harus menyiapkan travo listrik. Ini berarti kami baru bisa memasang listrik jika travo sudah selesai. Maksud saya, saling koordinasi. Jangan saling kagetan. Kalau kami oke kan sekarang, bulan depan, EC sudah harus bayar beban, tetapi sampai saat ini kan kepastian pembayaran masih belum diberikan. Petugas kami juga ikut mendesak, kapan kepastian untuk dananya," ucapnya.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved