Mengenang Tragedi 9/11, WTC Runtuh Bukan karena Tabrakan Pesawat?
Masih ingatkah kita akan serangan teroris ke beberapa target di Amerika Serikat pada 16 tahun silam yang dikenal dengan serangan “9/11”?
Serangan lain terjadi di Pentagon dan pesawat keempat jatuh di ladang di Pennsylvania.

Empat serangan itu menewaskan hampir 3.000 orang, termasuk 19 teroris Al Qaeda yang membajak pesawat komersial tersebut.
Hasil investigasi resmi telah menemukan bahwa, dua menara di New York – yang masing-masing memiliki 110 lantai, roboh karena dampak dari serangan pesawat.
Serangan pesawat pertama terjadi pada lantai 80 di North Tower dan serangan ke South Tower terjadi di lantai 60.
Menurut teori konspirasi, terjadi ledakan bom di beberapa lantai di bawah lantai 60 sebagaimana terlihat dari hasil rekaman CCTV yang diarahkan setelah serangan ke North Tower.
Disebutkan, dari rekaman video itu terlihat “bukti” adanya penggunaan bahan peledak selama serangan itu, tidak semata-mata serangan dengan menabrakkan pesawat.
Sehari setelah serangan tersebut, Donald Trump yang kini menjadi Presiden AS, memberikan sebuah wawancara TV yang menyebutkan bahwa menara WTC roboh karena bom.

Dia mengatakan, menara roboh "bukan karena masalah arsitektur.
Bagaimana mungkin pesawat terbang, sekalipun itu (Boeing) 767 atau 747 atau apapun itu, bisa menembus baja (gedung) itu?
"Saya berpikir, mereka (teroris) tidak hanya dengan (menggunakan) pesawat terbang, tapi juga memiliki bom-bom yang meledak bersamaan”.
Para ahli telah meragukan kalau ledakan di WTC itu disebabkan bom.
Investigasi oleh Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA) menyimpulkan, dampak tabrakan pesawat menyebabkan bangunan runtuh.
Insinyur bangunan yang bekerja pada penyelidikan FEMA yakin, embusan asap yang disebabkan oleh proses yang dikenal sebagai pancake telah membuat gedung runtuh, bukan karena bom.
Kekejaman serangan yang dilakukan oleh teroris Al Qaeda pada 16 tahun silam adalah aksi terorisme terburuk dalam sejarah. (Kompas.com/Pascal S Bin Saju)