Rakyat Indonesia Masih Ribut soal PKI, Begini Pengakuan Menhan

Menhan menyebut terkait peristiwa 1965, di mana Partai Komunis Indonesia (PKI) dianggap melakukan pemberontakan.

KOMPAS.com/Kristian Erdianto
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat ditemui di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Kamis (15/6/2017). 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Agar tidak ada lagi keributan antara kelompok yang mengaku anti komunis dengan kelompok yang dituduh pro komunis, menurut Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu, semua pihak harus menahan diri.

Tidak boleh satu pihak pun memancing pihak lain membuat keributan.

"Makanya saya bilang, yang simpatisan-simpatisan itu, sudah lah tidak usah cari gara-gara, jangan mancing-mancing, yang dulu dulu, sudah," ujarnya kepada wartawan di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam), Jakarta Pusat, Rabu (20/9/2017).

Menhan menyebut terkait peristiwa 1965, di mana Partai Komunis Indonesia (PKI) dianggap melakukan pemberontakan, yang berujung pada presekusi terhadap kader dan simpatisan PKI, pasti ada pihak yang disalahkan.

Hal tersebut menurutnya tidak perlu dipermasalahkan lagi.

"Pasti ada yang salah, yang benar dulu, yang berontak pasti salah tidak usah dihadapkan, benar-benaran lagi. Kalau diungkit-ungkit, ada reaksi lain. Sudah jangan diungkit-ungkit lagi, mari kita bangun bangsa ini, negara ini," tegasnya.

"Saya ini malas, bosan saya, ribut ribut nggak jelas itu," katanya.

Keributan antara kelompok yang mengaku anti komunis dengan kelompok yang dituduh oleh anti komunis itu sebagai kelompok pro PKI, terjadi pada hari Minggu kemarin (17/9/2017), di gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Massa yang terdiri dari ribuan orang, memaksa masuk ke gedung.

Mereka menuduh di gedung tersebut tengah digelar acara, yang digagas oleh kelompok pendukung komunisme.

Massa akhirnya bisa diusir, setelah Polisi mengambil tindakan tegas pada Senin (18/9/2017) dini hari.

Baca: Berpikir Positif, Christine Hakim Dukung Ide Jokowi Bikin Film G30S PKI Versi Kekinian

Baca: Enak dan Sarat Gizi, Inilah Fakta Sayur Genjer yang Identik dengan Lagu PKI

Baca: Bagaimana Respon Warga Ibu Kota Soal Pemutaran Film G 30 S/PKI? Ini Kata Dandim 0903/TSR

Baca: Jika Film Pengkhianatan G 30 S PKI Reborn Direalisasikan, Reza Rahadian Ditunjuk Perankan Tokoh Ini

Baca: Itu Lagu Perangnya PKI, Kivlan Zen Dengar Kabar Genjer-genjer Dinyanyikan di Kantor LBH

Pada hari Minggu kemarin di gedung YLBHI memang digelar acara, yang digelar untuk merespon kebijakan polisi yang membubarkan acara diskusi di tempat yang sama sehari sebelumnya.

Diskusi yang dibubarkan Polisi itu, adalah diskusi yang menghadirkan korban-korban peristiwa 1965.

Ryamizard Ryacudu yang juga merupakan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) itu, mengajak semua pihak untuk menutup lembaran kelam republik ini terkait peristiwa 30 September 1965, dan bersatu untuk membangun Indonesia yang lebih baik lagi.

Baca: Terjerat Kasus Narkoba, Indra J Piliang tak Ditahan Polda Metro Jaya

Baca: Wanita Sering Alami Nyeri Pinggul, Ternyata 5 Hal Ini yang jadi Penyebab

Baca: Heboh Mobil Lelang Sitaan KPK, Begini Cara Urus Kendaraan yang tak Punya Surat-surat

Baca: Eva Sundari Sindir Prabowo soal Jokowi Bantu Rohingya: Pencitraan Minus Kerja Hanya Buih

Baca: Wajib Coba 4 Jajanan Kekinian Serba Mangga, yang Terakhir Harganya Nggak Menguras Kantong!

Baca: Masih Terkenang Duet dengan Raisa, Jokowi Akhirnya Ngomong Begini

Baca: Surplus Listrik, Begini Ajakan PLN Kaltim untuk Kalangan Industri

"Jangan kita bicara itu lagi, tutup buku tentang PKI, tutup buku. Mari kita ke depan, jangalah ini lah, HAM lah, bubarkan (komando) teritorial lah, ini mancing-mancing namanya, ya, tidak boleh. Sudah lah, diam semua, tutup buku, buat yang baru, mari kita bangun negara ini, mari kita bela negara," ujarnya.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved