Wawancara Ekslusif dengan DN Aidit, Buka-bukaan Tentang Sosok Istri dan Bung Karno
Kepada anak-anaknya, sering ia berceritera tentang pemimpin-pemimpin masa itu seperti Soekarno, Hatta, pemuka-pemuka lain yang banyak dibuang ke Digul
Kemudian keluarganya pindah ke Belitung dan di sanalah ia menamatkan sekolah dasar.
Baca: Begini Jadinya Kalau Anggota TNI Kena Razia Polisi Militer
Saudaranya 4 dengan dia, semuanya lelaki: Basri, Sobron, Murad, dan D.N. Aidit.
Semuanya pengikut Marx dan Lenin hanya ada yang aktif ada yang tidak. Ibunya meninggal tatkala Bung Aidit berumur 6 tahun.
Di Belitung ada tambang. Sering bung Aidit bersama teman-temannya masuk ke tambang sampai 200 m di bawah tanah.
Kontras antara kehidupan buruh dan majikan berkesan padanya.
Begitu pula nasib yang dialami ayahnya. Sekalipun pendidikannya lebih tinggi, ia tetap buruh, sedangkan kepalanya, orang Belanda yang lulus sekolah dasar saja tidak, lagi tolol dalam pekerjaan.
Abdullah Aidit oleh anaknya dilukiskan sebagai seorang Muslim liberal.
Baca: Korban Bencana Gempa di Meksiko Terus Bertambah, Kini Sudah Tercatat 224 Orang Tewas
Liberal dalam arti membiarkan anak-anaknya memilih ideologi, lapangan hidup dan kawan hidup menurut kehendak mereka sendiri-sendiri.
Merantau ke Jakarta
Sekitar tahun 1937 Bung Aidit tiba di Jakarta, masuk sekolah dagang sambil mengikuti kursus bahasa-bahasa asing. Karena biaya macet, tidak sampai tamat.
Malahan pernah ia bekerja sebagai pembuat lubang kancing pada tukang jahit.
Katanya, ia pun suka sekali ke museum membaca buku-buku. Ia menggemari buku tulisan para sosialis.
Ganyangannya buku-buku sosiologi dari penulis-penulis bukan Marxis, Adler, Vierkandt, Max Weber, Le Bon, Rolandhols, Kautzky, adalah beberapa nama yang ia sebutkan.