Untuk menghargai leluhur yang mereka sebut Mbah Daeng, masyarakat menggelar tradisi Sapi-sapian setiap 1 Suro selain itu juga sebagai kegiatan bersih desa.
Nama Kenjo diambil dari nama Kunjo yang dalam bahasa Using berarti tempat air.
Saat ini hampir sebagian besar masyarakat Desa Kenjo berprofesi sebagai petani.
Tradisi Sapi-sapian sendiri pada tahun 2017 diselenggarakan pada Kamis (2/9/2017).
3. Jamasan Pusaka di Dinas Pariwisata Banyuwangi
Setiap Tahun Baru Jawa selalu digelar jamasan pusaka di Dinas Pariwisata Banyuwangi selama seminggu berturut-turut.
Selain itu ada pameran ratusan pusaka mulai dari keris hingga pedang termasuk juga pusaka pusaka khas Blambangan sebagai cikal bakal Kabupaten Banyuwangi, salah satunya adalah keris Joko Suro dan pedang Luwuk.
Proses jamasan pusaka di Dinas Pariwisata Banyuwangi, Kamis (21/9/2017).(KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI)
Ilham, penangguh pusaka kepada
Kompas.com, Kamis (21/9/2017) menjelaskan jamasan dilakukan untuk membersihkan energi negatif tosanaji karena selama setahun tosanaji atau pusaka menyerap energi negatif pemiliknya.
"Salah satu prosesi jamasan adalah mencucinya dengan bunga setaman. Setiap hari selalu ada masyarakat yang datang ke sini untuk melakukan jamasan. Ada juga yang sekadar melihat dan belajar sejarah tentang pusaka," kata Ilham.
Tanggal 1 Suro dipilih untuk melakukan jamasan karena tahun baru menjadi momen yang tepat untuk memulai sesuatu yang baik.
4. Barikan, Selamatan di Jalan Desa
Masyarakat Desa Lemahbangkulon, Kecamatan Singonjuruh menggelar selamatan doa tutup tahun, Rabu (20/9/2017) di sepanjang jalan utama desa.
Uniknya untuk tahun ini doa tutup tahun dibacakan dari radio komunitas Larasati yang ada di desa tersebut dan warga desa tinggal memutar radio di depan rumahnya untuk meng-aminkan doa yang dibacakan pemuka agama.
Barikan, selamatan di Desa Lemahbangkulon, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Jawa Timur.(KOMPAS.COM/Ira Rachmawati)
Selanjutkan mereka makan bersama di tengah jalan desa.
Salah satu menu yang wajib adalah urap-urap yang terbuat dari berbagai sayuran yang dicampur dengan parutan kelapa yang dibumbui.
Agin Sunyoto, Kepala Desa Lemahbangkulon kepada
Kompas.com menjelaskan awalnya pembacaan doa dilakukan dari masjid desa namun yang mendengarkan hanya warga sekitar dan tidak bisa menjangkau seluruh desa sehingga mereka berinisiatif membacakan doa dari radio sehingga bisa didengar oleh seluruh masyarakat desa.
5. Tradisi berbagi Jenang Suro
Makanan khas yang muncul setahun sekali ini biasanya diantarkan ke tetangga terdekat ataupun saudara untuk menjalin silaturahmi. Jenang suro hampir sama dengan bubur ayam.
Santan dengan beras dimasak hingga matang.
Jenang Suro Banyuwangi, kuliner yang hanya keluar satu tahun sekali.(KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI)
Setelah matang, jenang suro disajikan dengan pelengkap ayam goreng suwir, kacang goreng, tahu dan tempe goreng serta telur dadar.
Lalu disiram dengan kuah kare kuning dan diberi irisan halus daun jeruk agar aromanya lebih sedap dan wangi.
Selain diantarkan ke kerabat atau saudara, Jenang Suro juga disajikan pada selamatan-selaman yang digelar di Banyuwangi saat bulan Suro. (Kompas.com/Ira Rachmawati)