Sampah Termanfaatkan, Masyarakat Sekitar TPA Terbantu Bahan Bakar Memasak, Gratis Lagi. . .
Lokasi yang cukup spesial, lantaran di kawasan ini ada fasilitas yang dinikmati warga dari keberadaan TPA Manggar tersebut.
Laporan wartawan Tribun Kaltim, Ayuk Fitri Astuti
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Perkampungan warga di Jalan Proklamasi RT 36, Kelurahan Manggar, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur ini punya lokasi yang cukup spesial.
Kawasan ini bertetangga dekat dengan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah milik Pemerintah Kota Balikpapan.
TPA Manggar, begitu namanya.
Lokasi yang cukup spesial, lantaran di kawasan ini ada fasilitas yang dinikmati warga dari keberadaan TPA Manggar tersebut.
Memasuki, kawasan ini terlihat jaringan pipa paralon terpasang di sepanjang tepi jalan bahkan hingga masuk ke rumah warga.

Baca: TPA Manggar Tambah Zona Baru, Ini Proyeksi Penggunaannya
Saluran pipa itulah media untuk menyalurkan gas metan yang berasal dari pengolahan sampah organik di TPA Manggar ke rumah warga yang berjarak sekitar 200 meter.
Gas metan (CH4) yang disalurkan ke rumah-rumah warga tersebut berasal dari ratusan ribu ton timbunan sampah yang menggunung di TPA Manggar.
Gas metan merupakan potensi kalor dari jenis biomassa.
Jika dibiarkan tanpa pemanfaatan, maka gas metan akan memuai ke atmosfer yang justru dapat merusak lapisan ozon Bumi, penyebab pemanasan global atau efek rumah kaca.
Baca: TPA Manggar Balikpapan Dilirik Uni Eropa
Penggunaan gas metan dari daur ulang sampah organik memang sangat berpotesi untuk menggantikan peran elpiji dan minyak tanah sebagai energi terbarukan yang murah serta ramah lingkungan.
Kini gas metan tersebut telah disalurkan dan digunakan di 150 sambungan rumah yang berada di sekitar TPA Manggar.
Warga yang menerima gas hasil olahan sampah tersebut menggunakannya sebagai energi alternatif pengganti gas elpiji sebagai bahan bakar memasak.
Baca: Balikpapan akan Bangun Pembangkit Energi di TPA Manggar
Berdasarkan pengakuan seorang warga, ia telah menggunakan sumber energi ramah lingkungan dan dapat terbarukan ini untuk memasak sehari-hari sejak tahun 2012 lalu.
"Dari awal ada penyaluran gas saya langsung pakai gas metan.
Gasnya bagus saja tidak terlalu bau, meski suka naik-turun gasnya.
Tapi, kemarin waktu lebaran Idul Adha saya masak buras, ketupat pakai gas metan," ujar Namriyah (57) pedagang sembako di dekat TPA Manggar.
Tak sembarangan, agar bisa memasak menggunakan gas metan, warga memerlukan kompor khusus yang telah diberikan.
Menurut Namriyah, dari segi kualitas gas telah bekerja bagus.
Baca: Selain PLTN, Masih Bisa Kedepankan Sumber Energi Alternatif Lain

Baca: Jangan Dibuang, Ternyata Kulit Buah Naga Bisa Jadi Energi Alternatif
Namun, sayangnya jaringan gas dan tungku kompor yang telah diberikan secara cuma-cuma oleh pihak Pemerinta tersebut berada di luar rumah warga dan belum masuk ke dalam dapur.
Kendati demikian, warga mengaku cukup terbantu dengan adanya bantuan gas metan gratis tersebut.
Untuk mengakali kendala jaringan gas yang berada di luar, adapula warga yang telah memodifikasi dapur mereka agar bisa memanfaatkan gas metana.
"Lebih hemat, dulu saya bisa habis sampai tiga tabung gas 3 kg sebulan.
Berkat ada gas metan saya nggak harus beli gas perbulan. Ada satu tabung gas di dapur bisa bertahan sampai dua bulan baru habis," kata Namriyah.
Baca: Saatnya Kaltim Beralih dari BBM ke Sumber Energi Alternatif
Gas metan dari hasil pengolahan sampah ini disalurkan ke masyarakat secara gratis.
Bahkan warga tak dipungut uang sepeser pun untuk perawatan saluran pipa paralon.
Sedangkan dari kualitas api, Namriyah menyebutkan api gas metan tidak terlihat dan terkadang terlihat berwarna biru.
Baca: Samarinda Bangun Stasiun Pemanfaatan Gas Metana
"Untuk menyalakan kompor harus dipancing pakai korek api dulu.
Kalau dinyalakan apinya memang tidak kelihatan, tapi itu sudah menyala. Kalau malam biasanya baru kelihatan jelas warna biru," ungkapnya.
Di luar dari itu kualitas api dari gas metana ini tak kalah dengan gas elpiji serta mampu meringankan beban ekonomi warga yang tinggal di daerah sekitar TPA Manggar.
Potensi Energi Alternatif Terbarukan
TPA Manggar memiliki luas total sebesar 49,89 hektare yang terdiri dari delapan zona.
Berdasarkan data terakhir bulan Agustus 2017, UPTD TPA Manggar mendapat kiriman sampah yang dihasilkan masyarakat Kota Balikpapan tercatat sebanyak 347 ton per hari.
Sementara itu volume sampah yang masuk ke UPTD TPA Manggar tahun 2016 lalu mencapai 130.671,63 Ton.
UPTD TPA Sampah Manggar telah memanfaatkan timbunan sampah sebagai sumber energi sejak 17 November 2012 lalu.
Menurut Tonny Hartono, Kepala UPT Pemrosesan Akhir Sampah Manggar mengungkapkan daripada gas metan terbuang sia-sia dan justru merusak lingkungan, pihaknya telah memanfaatkannya untuk menghasilkan energi terbarukan.
Baca: Bupati Berau: Masih Banyak Energi Alternatif Dibanding Nuklir
Untuk menghasilkan gas metan, tumpukan sampah organik tersebut terlebih dahulu dipilih dan ditata dengan teknik Control Landfill Terasering.
"Control Landfill Terasering adalah penataaan sampah dengan cara berlapis antara sampah lalu tanah.
Dua meter sampah ditumpuk lagi dengan tanah 2 meter, begitu seterusnya dengan berbentuk piramida hingga puncak ketinggian tertentu," ungkapnya.
Setelah itu Tonny menyebutkan tumpukan sampah tersebut akan dibiarkan selama 3-4 bulan untuk proses pembusukan atau fermentasi oleh aktivitas mikroba setelah adanya air hujan yang masuk ke dalam tumpukan sampah secara alami.

Baca: Satu Sampan dengan Walikota Punguti Sampah di Kawasan Mangrove, Begini Pengakuan Dandim
Timbunan sampah tadi nantinya akan menghasilkan gas metan yang menjadi sumber energi alternatif terbarukan yang ramah lingkungan.
Sebelum bisa digunakan, usai proses pembusukan tersebut akan menghasilkan gas, limbah cair atau biasa disebut air lindi dan limbah padat.
Hasil dari proses pembusukan sampah tadi akan ditangkap melalui Instalasi Pipa Air Limbah (IPAL) paralon berukuran besar dan dikumpulkan di kolam IPAL.

Pipa-pipa tersebut sebelumnya telah ditanam dalam timbunan sampah yang telah ditata dengan teknik control landfill terasering.
Persis berada di depan pengolahan energi listrik gas metan TPA Manggar, tepatnya di dekat penumpukan sampah zona 2 terdapat tabung pemilah.
"Gas metan yang mendominasi komposisi gas yang dihasilkan dari proses pembusukan tadi.
Selanjutnya dimurnikan melalui tabung pemilah hingga gas yang dihasilkan merupakan murni gas metan yang telah terpisah dari limbah padat dan cair," ujarnya.
Berdasarkan pengamatan TribunKaltim.co saat mendekati tabung pemilah, ketika sedang beroperasi tabung tersebut menghasilkan sedikit suara gemuruh antara gas dan cairan.

Baca: Pupuk Indonesia Pilih Balikpapan jadi Kota Percontohan Pengolahan Pupuk Organik di Indonesia
Total terdapat delapan zona penumpukan sampah yang ada di TPA Manggar, namun baru tiga zona yang telah dipasangi pipa instalasi.
"Zona 2, 3 dan 4 sudah dipasang pipa instalasi untuk menangkap gas metan, nantinya semua zona juga akan dipasang," ungkapnya.
Instalasi pipa tersebut mampu menghasilkan kadar kandungan gas metan mencapai 36 hingga 40 ribu part per million (PPM).
Usai melalui beberapa tahap tersebut, gas metan yang telah dimurnikan sudah dapat dimanfaatkan menjadi beberapa inovasi.
"Dari gas metan, kita manfaatkannya menjadi beberapa inovasi mulai dari jaringan gas metan disalirkan ke tungku warga untuk masak, menghasilkan energi listrik dan steam sauna," kata Tonny.
Listrik untuk Penerangan
Inovasi pengelolaan sampah menjadi gas metan di TPA Manggar selain bisa digunakan untuk memasak, juga dimanfaatkan menjadi energi listrik.
Proses pengelolaan konversi gas metan menjadi listrik pun cukup sederhana.
Tonny menjelaskan pihaknya dapat membangkitkan listrik dengan bantuan dari dua unit mesin mobil bekas.
"Pipa instalasi yang telah terpasang di area tibunan sampah akan menangkap gas metan yang akan dikumpulkan untuk dimurnikan menuju tabung pemilah," katanya.
Selanjutnya gas metan yang sudah dimurnikan tersebut akan diarahkan menuju selang untuk menggerakkan mesin mobil.
Baca: Gas Metana Lepas, Kondisi Bumi Darurat

Selang gas yang telah dipasangkan ke mesin mobil, nantinya akan memompa gas untuk menggerakkan generator hingga menghasilkan energi listrik.
"Gas yang masuk menggerakkan mesin mobil tersebut nantinya akan otomatis menggerakkan dinamo di generator.
Di situ nanti akan terjadi perubahan energi gerak menjadi listrik," jelas Tonny.
Dua unit mobil bekas yang digunakan untuk membangkitkan listri ini telah dimodifikasi terlebih dahulu.
Baca: Sistem Mahakam Milik PLN Kaltim Kelebihan Listrik 131 MW, Begini Tawaran untuk Dunia Usaha
Meski kekuatan mesin tersebut hanya 1.000 dan 1.500 cc, namun mampu bermanfaat dan menghasilkan listrik hingga mencapai 20.000 watt.
Energi listrik tersebut digunakan sebagai lampu penerangan jalan yang ada di sepanjang kawasan TPA Manggar yang luasnya mencapai 49 hektare.
Jika selama ini Tempat Pemrosesan Akhir yang ada di Manggar ini identik diasumsikan sebagai kawasan yang bau, kotor dan banyak lalat.
Namun pada kenyataannya, TPA Manggar memiliki kondisi yang semakin nyaman tak hanya bagi pekerja, tetapi untuk para pengunjung.
Awal memasuki kawasan TPA ada akan melewati rimbunan pohon hijau, setelah itu di dalamnya ada beragam fasilitas di dalamnya.
Mulai dari gazebo, tempat sauna steam, ruang galeri, pembibitan, ruang hijau yang dilengkapi dengan punujang outbond hingga tempat pembuatan pupuk organik.
Jika Anda berkunjung, aroma bau menyengat sampah hanya tercium pada waktu-waktu tertentu. (*)