Tan Malaka Pemimpin Komunis Hingga Menjadi 'Korban' PKI, Pernah Ingin Kekuatan Islam Bersatu
Lama Tan Malaka berpidato. Konon sampai tiga jam. Dia uraikan pengalamannya selama bertualang meninggalkan Tanah Air, dari satu negara ke negara
Entah siapa dewasa itu yang mengambil prakarsa, tetapi saya mendapat tahu bahwa pada malam itu Tan Malaka akan datang di kantor GPII. Dan benarlah!
Seingat saja yang membuka pertemuan dewasa itu Harsono (Tjokroaminoto) yang kini menjabat Menteri dalam Kabinet Pembangunan itu.
Dengan gaya khas Harsono — kalem, antep, tenang, — dibukalah pertemuan dan mengucapkan terima kasih kepada tetamunya, yang disebutnya Pak Tan Malaka.
Oleh Harsono juga dikisahkan pengalamannya semasa zaman Jepang, sewaktu dia untuk kali pertama melihat Tan Malaka ini.
Yang membawa kerumahnya ialah kakak kandungnya, Anwar Tjokroaminoto. Harsono dewasa itu berdiam di Tanahi Tinggi Galur, sedangkan Anwar di Gg. Kramat Baru.
Kedua kakak beradik itu ketika itu sama sekali belum mengetahui, bahwa orang setengah tua yang menjadi tetamunya itu ialah Tan Malaka, seorang jago pergerakan yang sudah dikenal namanya, karena sebaya dan seangkatan dengan almarhum Ayahnya sendiri Haji Oemar Said Tjokroaminoto.
Soalnya ialah, karena dewasa itu tetamunya itu memperkenalkan dirinya sebagai Ilyas Hoesein, seorang pemimpin roomusha dari Bajah, suatu daerah pertambangan di Banten.
Baru setelah menjelang proklamasi, Harsono dari orang lain mendapat tahu, bahwa orang setengah umur itu sebenarnya adalah Tan Malaka seorang pemimpin yang namanja sudah dikenal sebelumnya.
Kini, karena takdir Tuhan juga maka dia dapat diketemukan lagi berhadapan muka sebagai sesama teman seperjuangan. Demikian antara lain Harsono Tjokroaminoto.
Seingat saya, dewasa itu pertemuan berlangsung tidak begitu lama. Mungkin, karena Tan Malaka masih harus pergi ke suatu tempat.
Maklum, pada waktu revolusi sedang hebat bergolak, dan manusia seperti Tan Malaka itu menurut perasaan saya pada masa-masa semacam itu tenaga dan pikiran serta pendapatnya sangat dibutuhkan.
Jika saja tidak salah tangkap, Tan Malaka (ketika itu) kurang menghargai adanya UNO. Antara lain dia berkata: “UNO, you no!". Dan hadirin yang mengerti bahwa huruf U dalam bahasa Inggeris harus dibaca seperti “yu", tersenyum juga dibuatnya.
Secara kebetulan sekali untuk ketiga kalinya saya melihat Tan Malaka ialah sewaktu di Solo diadakan Kongres Masyumi yang kedua.
Rombongan PP GPII diinapkan dalam sebuah losmen. (Nama dan tempatnya saya sendiri sudah lupa. Yang terang saja bukan hotel atau penginapan yang mewah).
Di dalam kamar penginapan itu seorang teman menyampaikan kepada saya, bahwa Tan Malaka dan Mohammad Yamin juga kebetulan bermalam disitu.