Hari Batik Nasional

Hari Batik Nasional 2 Oktober, Berikut Sejarahnya Sejak Era Soeharto Hingga SBY

Batik sempat hampir ditinggalkan oleh masyarakat, termasuk generasi muda. Hingga akhirnya, batik hampir saja diklaim oleh Malaysia.

Editor: Amalia Husnul A
TRIBUN KALTIM/AYUK FITRI
Ibu-ibu PKK Gunung Binjai belajar membatik khas Balikpapan. Kegiatan ini digelar KPw BI Balikpapan demi mendukung terciptanya kampung batik pertama di Balikpapan. 

Tahun 2008, pemerintah mendaftarkan batik ke dalam jajaran daftar Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi UNESCO.

Setelah diterima secara resmi pada 9 Januari 2009, beberapa bulan kemudian, tepatnya  pada 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik Indonesia dalam daftar Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi, di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Batik berhasil diakui dunia internasional sebagai warisan budaya asli Indonesia, di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Seorang wanita membatik. Terlihat ia sedang mengambil lilin malam menggunakan canting dalam pelatihan membatik di showroom dan sekretariat Dekranasda Kalimantan Utara, Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Rabu (22/3/2017).
Seorang wanita membatik. Terlihat ia sedang mengambil lilin malam menggunakan canting dalam pelatihan membatik di showroom dan sekretariat Dekranasda Kalimantan Utara, Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Rabu (22/3/2017). (tribunkaltim.co/muhammad arfan)

Saat ini, batik telah menjadi bagian sehari-hari kehidupan masyarakat Indonesia. Modelnya juga sudah beragam dan mengikuti tren fashion kekinian.

Jika dulu warna batik hanya identik dengan coklat dan hitam, maka kini berbagai kombinasi warna-warna lain seperti ungu, merah, hijau hingga kuning, sudah dapat dengan mudah ditemui. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved