Padahal Masih 12 Tahun, Bocah Ini Tinggi Badanya Sudah 2,3 Meter, Kini Ia Berjuang Lewati Maut

Pada usia 10 tahun, Gabriel menjalani operasi pertamanya dan menghabiskan waktu sebulan di rumah sakit.

Baca: Biar Tahu Rasa Dia, Begitu Susi Pudjiastuti Membela Menteri Lain yang Dianggap Tidak Kerja

Kendati operasi tergolong berhasil, --dokter menjangkau otaknya melalui hidung, namun mereka tidak bisa melenyapkan semua tumor yang terus bertumbuh.

"Dia berpikir dirinya akan mati," ujar ibu Gabriel, Ricardene.

Setelah dua tahun, Gabriel membutuhkan operasi darurat. Apabila gagal, tak ada yang bisa menghentikan laju pertumbuhan tulangnya, dan fungsi organ tubuh lainnya bisa mengalami kegagalan.

Baca: Sadis, Wajah Siswa SMA Disayat Senjata Tajam, Pelaku Sering Makan di Rumah Korban

Ahli Hormon, Dr Flavio Cadegiani mengatakan, gigantisme merupakan penyakit langka yang bisa membahayakan hidup.

"Penderitanya bisa meninggal dalam 15 tahun ke depan. Jadi dia harus menjalani operasi baru," kata Cadegiani.

Prosedur berisiko

Akhirnya, sang ibu harus menyiapkan operasi otak di RS Das Clinicas di Sao Paulo yang berjarak 874 kilometer dari tempat tinggal keluarga Gabriel.

Operasi ini merupakan kali kedua bagi Gabriel. Operasi yang berfokus pada bagian kraniotomi itu akan lebih berisiko dibandingkan operasi pertama.

Dokter akan mengangkat bagian tulang dari tengkorak, untuk menjangkau bagian otak.

Baca: 169 Perusahaan Gulung Tikar, Ekonomi Terjun Bebas, Seluruh BP Batam Ini Terpaksa Dicopot

Kemudian tulang penutupnya akan dilepaskan sementara, dan akan diganti setelah operasinya selesai.

Sebab, berdasarkan pemeriksaan MRI yang meninjau hasil pengangkatan tumor di operasi sebelumnya, ditemukan adanya komplikasi lanjutan.