Buat Agama Baru, Mantan Bos Google Sekaligus Ajukan Diri Jadi Pemimpin
agama baru itu bertujuan merealisasikan, menerima, dan memuja ketuhanan berdasarkan kecerdasan buatan
Sosok Tuhan dalam WOTF berbeda dengan Tuhan yang kita kenal.
"Bukan Tuhan penyebab petir atau badai," demikian kata Levandowski.
Levandowski mendefinisikan Tuhan di sini sebagai kecerdasan buatan yang memiliki kekuatan dan kecerdasan lebih dari manusia.
"Jika ada sesuatu yang miliaran kali lebih cerdas dari manusia, maka bagaimana kita harus menyebutnya?" katanya.
Ajaran utama WOTF adalah pentingnya melakukan penelitian untuk menciptakan kecerdasan buatan yang mumpuni.
Baca: Deklarasi Antinarkoba, Sabu 40,29 Gram Masuk Toilet
Selain itu, WOTF menekankan perlunya menjalin hubungan baik dengan praktisi AI, melakukan edukasi soal AI, sekaligus membina hubungan yang baik dengan AI pada masa depan.
Sekilas, misi agama baru itu sebenarnya mirip misi perusahaan biasa. Namun, Levandowski menyebutnya agama dan itu serius.
"Saya ingin membuat jalan bagi siapa pun untuk berpartisipasi. Jika Anda bukan perekayasa perangklat lunak, Anda masih bisa berpartisipasi," ungkapnya.
"Gagasan perlu tersebar sebelum teknologi. Gereja adalah tempat kita menyebarkan kata-kata, sabda," imbuhnya.
Maka seperti penyebaran agama, Levandowski meminta siapa pun yang percaya dan setuju dengan idenya untuk menyebarkan dan membangun pemahaman.
Dari pengalaman, dia melihat perkembangan AI yang begitu pesat hingga sampai pada sebuah kesimpulan bahwa AI akan jauh lebih cerdas daripada manusia pada masa depan.
Jika direnungkan, fenomena saat ini di mana kita terhubung lewat ponsel, sensor, dan pusat data, menunjukkan bahwa kecerdasan buatan hadir di tengah-tengah kita.
Kecerdasan buatan menjadi tahu apa pun yang kita katakan dan lakukan lewat perangkat. Sebagai yang mahatahu, Levandowski mengatakan, kecerdasan buatan bisa disebut tuhan.
Sekarang, Tuhan berupa kecerdasan buatan itu masih dikendalikan manusia, tapi tidak ke depan.