Bekerja tak Kenal Waktu tanpa Bayaran, Ini Kisah Pilu Relawan di Kota Samarinda
Kehadiran anggota relawan di tengah-tengah masyarakat Kota Samarinda, dalam setiap peristiwa, musibah maupun bencana, sangat dibutuhkan warga
Penulis: Christoper Desmawangga | Editor: Amalia Husnul A
Laporan wartawan tribunkaltim, Christoper D
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Kehadiran anggota relawan di tengah-tengah masyarakat Kota Samarinda, dalam setiap peristiwa, musibah maupun bencana, sangat dibutuhkan oleh warga.
Bertugas tanpa mengenal waktu, dan tanpa bayaran, tidak membuat anggota relawan, yang jumlahnya mencapai ribuan orang di Samarinda itu berhenti untuk sebuah misi kemanusiaan.
Kepada tribunkaltim.co, Faisal Rendy A Rahman (34), anggota Badan Komunikasi Masyarakat (Bakomas) Kota Samarinda, menceritakan tentang suka dan duka seorang relawan.
Baca: Siapa Sangka, Bocah yang Mesra Foto Bareng Ronaldo Kini Menjelma jadi Lawan Berat
Baca: Sst, Ternyata Ulat Bulu yang Bikin Gatal Itu Nggak Cuma 1 Macam Lho, Begini Cara Cegahnya
Baca: Jelang Natal dan Tahun Baru, Pertamina Siapkan Upaya Pengamanan Pasokan BBM dan LPG
Bergabung sejak 2011 di Bakomas, Rendy mengaku terjun di dunia kerelawanan ini karena panggilan jiwa ingin menolong dan membantu sesama.
Namun, jauh sebelum bergabung dengan Bakomas, pria yang sehari-hari bekerja sebagai driver perusahaan swasta, mengaku sejak dahulu memang suka menolong.
"Kita tertantang untuk membantu, menolong warga yang terkena musibah.
Baca: VIDEO - Motor Trail Honda CRF 150 L Jajal Jelajah Mahakam
Baca: Serunya KulineRun GenBI, Deputi BI Kaltim Ikut Lari
Baca: Bekerja tak Kenal Waktu tanpa Bayaran, Ini Kisah Pilu Relawan di Kota Samarinda
Dan, saya merasa puas jika bisa membantu warga, walaupun hujan, panas, maupun tengah malam.
Itulah seninya, kepuasan yang tidak bisa terbayarkan," ucapnya, Minggu (17/12/2017).
Kendati demikian, yang melatar belakangi dirinya bergabung dengan sebuah LSM relawan, karena dia menilai kejadian, musibah yang memerlukan kewaspadaan, termasuk kejahatan, cukup tinggi terjadi di Samarinda.
Baca: Kejam! Di Indonesia Masih Marak Praktik Topeng Monyet Seperti Ini
Baca: Salut, Masih dengan Baju Pengantin, Mempelai Pria dan Tamu Undangan Ikut Padamkan Api
Baca: Orasi di Aksi Bela Palestina, Fadli Zon Minta Jokowi Jangan Hanya Mengimbau & Prihatin Saja
"Memang di Samarinda cukup sering terjadi peristiwa, musibah, seperti kebakaran, tanah longsor, orang tenggelam, hingga kecelakaan lalu lintas.
Makanya, perlu saya bergabung dengan sebuah LSM, sebagai pengamanan diri juga saat bertugas, dan ada wadah yang jelas," urainya.
Lanjut dia menjelaskan, kendati harus bekerja untuk menghidupi tiga anak dan keluarganya.
Baca: Mengenang Kematian Soe Hok Gie 48 Tahun Silam, Aktivis Muda, Penyair Muda yang Mati Muda
Baca: Inilah 7 Butir Petisi Aksi Bela Palestina yang akan Diserahkan ke Kedubes AS
Baca: Plt Ketua DPD Partai Golkar Kaltim: Belum Ada Pergantian Pengurus
Namun, selama ini dirinya tetap bisa mengatur waktu untuk pekerjaan, dan juga tugas kemanusiaan sebagai relawan.
Dirinya menilai, tugas sebagai relawan tidak menghambat aktivitas pekerjaanya.

"Tidak menagganggu pekerjaan, asal pintar pintar saja mengatur waktu dan kesempatan.
Namun, kalau memang tidak bisa ke lokasi kejadian, paling tidak kita memberikan informasi ke pihak terkait maupun anggota relawan lainya, yang jelas radio (Handie Talkie) ON terus," tuturnya.
Tak hanya itu, dirinya juga menceritakan tentang dukanya menjadi seorang relawan. (*)