Mengenang Kematian Soe Hok Gie 48 Tahun Silam, Aktivis Muda, Penyair Muda yang Mati Muda

Soe Hok Gie, seorang aktivis Indonesia keturunan Tionghoa turut andil dalam penurunan kekuasaan Orde Lama.

wikipedia.org

Di saat Indonesia berada dalam masa paling mencekam sepanjang sejarah negara ini didirikan, Gie memenuhi panggilannya sebagai seorang intelektual muda dengan menulis kritik keras terhadap pemerintahan dan membangun bibit-bibit kesadaran demokrasi.

Gie dikenal sebagai seorang aktivis yang paling vokal mengkritik kinerja pemerintahan Orde Lama, era pemerintahan Presiden Soekarno.

Bahkan, Gie menjadi salah satu arsitek aksi long-march dan demonstrasi besar mahasiswa tahun 1966 yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional.

Kritis dan tajam, membuatnya pernah mendapatkan surat kaleng lantaran tulisannya di mingguan Mahasiswa Indonesia.

Gie dikirimi surat kaleng oleh seseorang yang mengaku pecinta Soekarno yang berisi umpatan berbau rasial.

Gie Sebagai Penyair Muda

Hasil gambar untuk soe hok gie

Ayahnya adalah Soe Lie Pit, seorang novelis. Lahir dari keluarga penulis, membuat Gie begitu dekat dengan sastra.

Saat masih kecil, Gie kerap mengunjungi perpustakaan umum dan taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta bersama kakaknya, Soe Hok Djin.

Bahkan, dari berbagai sumber menyebutkan Gie sudah membaca karya-karya sastra yang serius, seperti karya Pramoedya Ananta Toer sejak masih sekolah dasar (SD).

Semakin dewasa, Gie dikenal sebagai penulis yang produktif. Tulisan-tulisannya banyak dimuat di beberapa media massa seperti Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya.

Bahkan ia pun sempat terlibat sebagai staf redaksi Mahasiswa Indonesia, sebuah koran mingguan yang diterbitkan oleh mahasiswa angkatan 66 di Bandung untuk mengkritik pemerintahan Orde Lama.

Sejak usia 15 tahun, tepatnya tahun 1957, Gie giat menuliskan syair-syairnya di catatan hariannya.

Setelah Gie meninggal dunia, catatan-catatannya tersebut dibukukan dengan judul "Catatan Seorang Demonstran".

Berikut beberapa kutipan-kutipan syair Gie dilansir tribunkaltim.co dari pendakigunung.top:

"Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: 'dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan'. Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda. Berbahagialah orang yang masih mempunyai rasa cinta, yang belum sampai kehilangan benda yang paling bernilai itu. Kalau kita telah kehilangan itu maka absurdlah hidup kita"

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved