Mengenang Kematian Soe Hok Gie 48 Tahun Silam, Aktivis Muda, Penyair Muda yang Mati Muda

Soe Hok Gie, seorang aktivis Indonesia keturunan Tionghoa turut andil dalam penurunan kekuasaan Orde Lama.

wikipedia.org

"Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: 'dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan'. Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda. Berbahagialah orang yang masih mempunyai rasa cinta, yang belum sampai kehilangan benda yang paling bernilai itu. Kalau kita telah kehilangan itu maka absurdlah hidup kita"

"Disana, di Istana sana, Sang Paduka Yang Mulia Presiden tengah bersenda gurau dengan isteri-isterinya. Dua ratus meter dari Istana, aku bertemu si miskin yang tengah makan kulit mangga. Aku besertamu orang-orang malang"

"Makhluk kecil kembalilah. Dari tiada ke tiada. Berbahagialah dalam ketiadaanmu"

Gie Sebagai Mahasiswa Pecinta Alam

Hasil gambar untuk soe hok gie

Kecintaannya pada alam mulai tumbuh sejak tahun 1965. Gie dan teman-teman mahasiswa membentuk sebuah organisasi yang mereka sebut "Mapala" UI, Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia.

Mapala berdiri dengan mendaki gunung sebagai kegiatan utamanya.

Gie adalah pecandu naik gunung yang bukan sekadar rekreasi. Suatu hari ia menulis:

"Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung".

Pendakian pertama Mapala adalah gunung Slamet di Jawa Tengah, Gie menjadi pemimpin dalam pendakian ini.

Pada tahun 1968, Gie bersama Mapala UI berencana menaklukan Gunung Semeru. Pendakian dimulai pada tangga 8 Desember 1969.

Sempat Gie menuliskan catatannya sebelum berangkat.

"Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat".

Dan nyatanya itulahnya catatan terakhir dari Gie. Pada tanggal 16 Desember 1969, sehari sebelum ulang tahunnya yang ke 27, ia meninggal di Gunung Semeru bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis, akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut.

Dari berbagai sumber, Gie menyukai baris-baris puisi seorang filsuf Yunani:

Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved