Kisah Ironis Relawan Samarinda, Tak Sadar Evakuasi Mayat Keluarganya Sendiri. . .
Pria berusia 26 tahun yang menjabat sebagai Kepala Bidang SAR LSM Pelik itu mengaku prihatin dengan kondisi Samarinda.
Penulis: Christoper Desmawangga |
Laporan wartawan tribunkaltim.co, Christoper D
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Panggilan jiwa, begitulah jawaban yang dilontarkan oleh Ferdiyanur, anggota LSM Pelik Kota Samarinda, ketika ditanya kenapa memilih terjun kedunia kerelawanan.
Pria berusia 26 tahun yang menjabat sebagai Kepala Bidang SAR LSM Pelik itu mengaku prihatin dengan kondisi Samarinda.
Pasalnya, kendati berstatus sebagai ibu kota provinsi Kaltim, namun musibah maupun bencana kerap terjadi.
Bahkan, tak jarang anggota relawan yang juga turut membantu anggota kepolisian maupun instansi terkait, dalam hal kebencanaan.
"Iya, satu saja jawabanya, karena panggilan jiwa. Dan, karena musibah kebencanaan di Samarinda ini cukup sering terjadi, intinya kami relawan hanya ingin membantu warga," ucapnya, Jumat (5/1/2018).
Baca: Demonstran Kocar-kacir Disemprot Air dengan Water Canon, Inilah Antisipasi Polisi Amankan Pilkada
Baca: Ketika Para Menteri Bentuk Elek Yo Band, Eh Jokowi juga Minat Gabung Loh. . .
Baca: Begini Repotnya Paspampres saat Jokowi Mendadak Kulineran di Jalan
Lanjut pria yang bergabung dengan LSM Pelik sejak 2015 itu menjelaskan, banyak dukanya di dunia kerelawanan, mulai dari di caci maki warga, hingga kondisi kesehatan yang kerap menurun.
Pasalnya, tidak jarang musibah terjadi diwaktu istirahat, seperti tengah malam, dan dini hari.
Kendati demikian, dirinya tetap bergegas ke lokasi kejadian, guna membantu warga.
"Warga yang bertindak anarkis sering terjadi, di caci warga yang emosi juga sering. Kita paham mereka sedang panik karena terkena musibah, jadi kami sudah paham hal itu, kami tetap lakukan tugas kami," ungkapnya.
Ferdi mengaku sudah kebal dengan aroma busuk mayat, termasuk dengan saat terjadinya kebakaran.
Bahkan, dirinya sampai ke kawasan Sangasanga, Kutai Kartanegara, guna membantu pencarian korban tenggelam.
Namun, pengalaman evakuasi jenazah yang paling diingatnya, dan sulit untuk dilupakannya, yakni saat melakukan evakuasi terhadap mayat korban kebakaran, yang terpanggang api kebakaran, pada Rabu (3/1/2018) silam, di Jalan Merdeka Barat.
Bukan karena jijik terhadap tubuh korban, yang sudah gosong dan rapuh jika disentuh.
Namun, karena korban atas nama Hendra (35), merupakan keluarganya sendiri.
Baca: Kebakaran Hebat Rabu Dini Hari, Ngeri. . . Satu Warga Tewas Terpanggang!

Baca: Balita Main Papan Penyeberangan di Got, Hilang. . . Begini Nasibnya saat Ditemukan
Baca: Djarot Dipilih Jadi Calon Gubernur Sumut, Megawati: Kasihan Masih Muda Disuruh Nganggur. . .
Baca: West Ham Naik dari Zona Degradasi, Inilah Hasil Liga Inggris Jumat, 5 Januari 2018!
"Malam saat ngangkat tubuh korban, saya tidak tahu kalau itu masih keluarga saya, karena wajahnya sudah tidak dapat dikenali lagi. Baru pagi harinya, saat sepupu saya telpon, dia tanya jenis kelamin korban, saat saya jawab, dia (sepupu) langsung bilang kalau itu keluarganya, dan otomatis keluarga saya juga," urainya.
"Saya pernah ketemu dia, tau dia. Tapi tidak dekat, dan sudah lama juga ketemunya, ia tidak tahu kalau dia tinggal disitu," tambahnya.
Dia pun meminta kepada kepolisian, agar segera datang ke lokasi musibah, seperti kebakaran, guna memberikan keamanan bagi relawan, maupun petugas pemadam.
Pasalnya, tidak jarang warga yang panik menyerang relawan.
"Polisi harus di depan, jangan di belakang, karena kita sering jadi amukan warga yang lagi emosi," harapnya. (*)