Edisi Cetak Tribun Kaltim
Proyek Kilang di Bontang Serap 20 Ribu Tenaga Kerja, Catat Posisi yang Dibutuhkan
Pertamina menggandeng Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) untuk memberikan pelatihan bagi tenaga kerja nantinya
"Kami sampaikan bahwa Kesultanan Oman memberikan support pembiayaan proyek kilang Bontang, sedangkan untuk operator nantinya dari Jepang," ujar Ardhy Mokobombang, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina di hadapan pejabat Pemkot Bontang.
Ia menjelaskan, secara lisan kesepakatan FA dengan konsorsium asal Oman, yakni Overseas Oil and Gas LLC (OOG) dan perusahaan trading asal Jepang Cosmo Oil International Pte Ltd (COI), sudah diputuskan. Dijadwalkan seminggu ke depan akan dilakukan penandatanganan FA. Seluruh biaya pembangunan dibebankan kepada pihak konsorsium.
Baca: Kids Zaman Now, Muncul Video Murid Tantang Guru Berkelahi Sampai Buka Baju
Dengan demikian saham mayoritas akan dikuasi oleh konsorsium. Pertamina mendapat kuota 10 persen dari saham tersebut.
"Walau pun saham PT Pertamina hanya 10 persen, kita tetap memiliki otoritas untuk mengontrol bisnis dari kilang ini," katanya.
Ardhy menuturkan, marketing di dalam negeri nantinya akan dikuasakan sepenuhnya oleh Pertamina. Sedangkan marketing luar nantinya dikuasakan ke COI. Untuk bahan baku nantinya akan dipasok dari negara‑negara di Timur Tengah.
"COI juga nantinya akan mengurusi marketing, crude akan dipasok dari middle east sana. Kemudian diolah di Kilang Bontang lalu dipasarkan untuk kebutuhan di dalam dan luar negeri," papar Ardhy.
Baca: Begini Klarifikasi BreadTalk Indonesia Soal Video Viral Tikus yang Berkeliaran di Gerai Roti
Tahapan terdekat proyek kilang Bontang yakni penandatanganan kontrak kerangka kerja sama/ Framework Agreement) antara Pertamina dengan konsorsium pekan ini.
Setelah itu pihak konsorsium akan melakukan Feasibility Study (FS) hingga tahun depan. Tahapan selanjutnya dimulai penyusunan Front End Engineering Design (FEED). Pada tahapan ini nantinya tim akan melihat potensi untuk mengembangkan diversifikasi produk Migas, yakni Industri Petrokimia.
"Targetnya pembangunan akan dimulai pada 2020 dan mulai operasional 2025," ungkapnya.
Investor tertarik dengan konsep Industri Petrokimia yang ditawarkan. Hanya saja, untuk keperluan tersebut dibutuhkan lahan kurang lebih 500 hektare. Untuk itu, pihaknya meminta Pemkot Bontang mendukung ketersediaan lahan untuk pembangunan dua industri raksasa ini di Bontang.
"Kalau lahan untuk GRR ini dibutuhkan sekitar 400 hektar, kami minta 100 hektar saja lagi untuk mendirikan industri Petrokimia bersebelahan dengan Kilang Bontang," ujarnya.
Baca: Tak Perlu ke Luar Angkasa, 5 Tempat di Dunia Ini Tidak Punya Gravitasi Lho, Air Bisa Melayang-layang
Walikota Bontang Neni Moerniaeni menyatakan siap memberikan dukungan secara maksimal demi kelancaran pembangunan kilang Bontang. Namun, dirinya meminta agar proses pembangunan kilang ini dipercepat.
Pasalnya, infrastruktur di Bontang telah memenuhi. Berbeda dengan daerah lainnya, seperti Tuban atau Cilacap baru memulai. Kota Bontang telah memiliki infrastruktur, seperti pelabuhan dan kawasan industri.
"Kalau bisa dipercepat lah, karena Bontang ini memiliki infrastruktur yang siap," kata Neni yang ditanggapi positif oleh Direktur Ardhy. (don)