Ekspedisi Raja Ampat
Dulu Hanya Andalkan Hasil Laut, Kini Warga Raja Ampat Bisa Dapat Duit dari Hasil Ini
Meski hamil besar, Ana tetap bersemangat mencari duit halal untuk membantu kehidupan rumah tangganya.
Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Syaiful Syafar
Minyak kelapa tersebut, kata dia, diambil langsung dari kampung-kampung terdekat, lalu diolah sendiri hingga dikemas ke dalam botol.
Adapun botol-botol kemasannya merupakan bantuan dari pemerintah.
Ana mengaku setiap hari dagangannya ada saja yang terjual. Bahkan turis-turis mancanegara biasa memborong sampai 10 botol.
"Orang bule biasa langsung minum. Kalau beli langsung rame-rame," tuturnya.

Baru dua tahun terakhir Ana dan keluarganya berdagang minyak kelapa.
Ia bersyukur lantaran usaha tersebut cukup membantu ekonomi keluarga.
Kehidupan warga Raja Ampat memang banyak berubah seiring meningkatnya kunjungan wisatawan di daerah itu.
Jika dulu mereka hanya mengandalkan hasil laut sebagai mata pencaharian, kini banyak yang beralih profesi jadi pedagang.
Prospeknya pun cukup menjanjikan.
Hasil usaha tersebut kini bisa membantu biaya pendidikan anak-anak di Raja Ampat, selain juga dana bagi hasil sektor pariwisata yang diberikan pemerintah.
Tak bisa dipungkiri, geliat wisata di Raja Ampat juga berkat lancarnya telekomunikasi sejak dua tahun terakhir.
Banyak turis yang berdatangan setelah mengetahui Raja Ampat dari internet.
"Hampir setiap hari selalu ada tamu yang datang ke sini (Pianemo). Mereka masuk bayar PIN (retribusi), uangnya lalu dinikmati masyarakat sekitar sini," kata Mato, salah seorang pemandu wisata yang mendampingi rombongan media gathering Telkomsel Area Pamasuka.
Di dermaga Pianemo, selain minyak kelapa juga dijual kelapa muda, buah-buahan lain seperti mangga, pisang, kue-kue tradisional, kopi, teh, kerajinan tangan, hingga kepiting kenari.

Untuk kepiting kenari dijual Rp 100.000 sampai Rp 150.000, tergantung ukurannya.