Pilgub Kaltim 2018
Maju sebagai Cawagub, Hadi Mulyadi Berkali-kali Keluar Zona 'Nyaman'
Majunya politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hadi Mulyadi sebagai calon wakil gubernur Kaltim membutuhkan banyak proses
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Majunya politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hadi Mulyadi sebagai calon wakil gubernur Kaltim membutuhkan banyak proses pertimbangan, serta pengorbanan yang tidak sedikit.
Salah satu pengorbanan adalah mundurnya Hadi Mulyadi dari jabatan Wakil Ketua Komisi DPR RI hingga akhirnya memilih maju bersama Isran Noor dalam Pilgub Kaltim 2018.
"BAGI saya, kalau ada kepentingan masyarakat lebih besar, maka harus berani mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan umat yang lebih besar," ujar Hadi Mulyadi saat berbincang ringan dengan Tribun Kaltim, akhir pekan lalu.
Baca: Isran Noor Hadiri Haul Pendiri Masjid Agung At-Taqwa
Keluar dari zona yang sudah dianggap mapan, nyaman untuk kepentingan lebih besar bagi masyatakat itu pun bukan sekali dua kali dilakukan Hadi.
"Saya sudah berkali-kali, kalau kata anak muda sekarang, keluar dari zona nyaman, itu sudah ada lebih empat kali," ucapnya. Pertama, keluar dari SMA, mendapat kesempatan melanjutkan di dua tempat. Pertama Akademi Ilmu Statistik, siap jadi PNS, satunya, masuk Unhas, yang belum tentu jadi PNS. Dan Hadi Mulyadi memilih kuliah di Unhas.
Tak berhenti di situ, panggilan untuk menampung aspirasi masyarakat melalui partai kembali memanggil Hadi terjun di dunia politik saat ia masih menjabat PNS.
"Tahun 2000-an, saya diterima di Politeknik. Yang tes ada 42 orang, yang lulus hanya dua, salah satunya saya. Teman-teman kemudian minta saya mengurus partai. Setahun jadi Dosen, saya kemudian keluar. Padahal sudah jadi PNS, sudah ada NIK, sudah jadi Dosen," tuturnya.
Baca: Bertemu Hadi Mulyadi, Habib Mahdi Alatas Ingatkan Tiga Modal Penting
Terakhir adalah perngorbanan, keluar dari DPR RI. Disebutnya, kalau hanya berpikir dunia, pilihan menjadi cawagub justru merugi. Melihat dari segi pendapatan, status sebagai anggota DPR RI sudah mencukupi kebutuhan keluarganya.
"Sekarang saya Wakil Ketua Komisi VII DPR RI. Kalau berpikir soal rezeki, itu sudah cukup. Tetapi, masyarakat, teman-teman partai meminta maju. Bagi saya pilihan maju sebagai cawagub ada kepentingan lebih besar untuk masyarakat. Karena saya bisa berbuat lebih banyak untuk masyarakat Kaltim. Kalau Gubernur/Wakil Gubernur kan sifatnya eksekusi, bukan legislatif, seperti yang ada di DPR RI," katanya.
Hal-hal itulah yang dikatakannya bukan lagi pengalaman teks book, tetapi sudah berupa pengalaman learning by doing dalam menentukan pilihan.
"Saya kira karakter ini yang bisa menjadi salah saru karakter yang harus dimiliki pemimpin. Berani keluar dari zona nyaman, untuk kepentingan masyarakat. Saya bukan katakan saya miliki karakter ini dan itu, tetapi lebih kepada saya sudah menjalankan karakter-karakter tersebut," ujar Hadi.
Baca: Kadir: Jika Posisi Cawagub Harus Diganti, Bakal Dibahas Dalam Rapat Pleno Golkar Kaltim
Lantas, siapa yang paling banyak berperan dalam tiap keputusan-keputusan penting, tak lepas dari support keluarga.
"Pastilah. Kalau istri dan anak tak merespon, saya kan jadi galau. Artinya, anak dan istri selalu mendukung. Istri dan anak saya tak pernah protes. Sejauh ini, keputusan-keputusan yang diambil malah baik efeknya untuk keluarga," ucapnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/isran-noor-hadi-mulyad_20180213_112141.jpg)