Fahri Hamzah Sebut Presiden Jangan Rebut Tugas Lurah

Menurut Fahri Hamzah, tugas presiden adalah mengurangi monopoli kepemilikan tanah oleh kapitalis.

Jokowi - Fahri Hamzah 

TRIBUNKALTIM.CO - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah kembali menyoroti soal bagi-bagi sertifikat tanah yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pantauan TribunWow.com, hal itu ia sampaikan melalui akun Instagramnya yang diunggah pada Jumat (23/3/2018).

Menurut Fahri Hamzah, membagikan dokumen seperti itu adalah tugas dari lurah, camat, atau maksimal Pemda.

Baca: Pose Tak Pantas Syahrini di Holocaust Masuk Pemberitaan di Media Jerman, Begini Isi Artikelnya

Oleh karena itu, sebaiknya Jokowi tak merebut tugas mereka.

Menurut Fahri Hamzah, tugas presiden adalah mengurangi monopoli kepemilikan tanah oleh kapitalis.

Berikut unggahan Fahri Hamzah terkait hal tersebut.

"PRESIDEN JANGAN REBUT TUGAS LURAH

Bagi dokumen kepada masyarakat itu pekerjaan pelayanan publik oleh lurah - kepala desa - camat dan maksimal Pemda.

Presiden itu kerjaannya politik untuk mengurangi monopoli kepemilikan tanah oleh kapitalis. 
Ternyata?

Kapitalis semakin merajalela menguasai tanah...termasuk tanah ulayat...koefisien pemilikan tanah makin timpang...1% orang kaya memiliki 80% tanah.

Baca: Salmafina Kembali Kumpul dengan Teman Lamanya Usai Berhijrah, Netizen Beri Peringatan Ini

Jadi? Pekerjaan lurah dan Pemda diambil presiden dan pekerjaan presiden diambil kapitalis...

Ada banyak #ngibul dan #AsalBunyi yang hanya sanggup dilakukan oleh pemerintah berkuasa.

Sebab penguasa punya seluruh perangkat untuk berdusta; mimbar, media, statistik, juru bicara, dan kaki tangan penguasa, semua jago dusta dan jago cipta fiksi dan beraneka rasa.

Lalu, bukannya kembali ke tengah untuk memenuhi janji dan mengurai kembali apa yang menjadi rencana awal, malah bermanuver keluar dan menciptakan wacana baru tentang sukses dan pembangunan.

Tapi sekali lagi, #Ngibul dan #AsalBunyi penguasa selalu nampak canggih.

Alat-alat #Ngibul dan #AsalBunyi ini mencipta legitimasi dan pembenaran; statistik, media, juru bicara, pengamat sewaan dan pejabat yang asal bapak senang

Baca: Pangan Jadi Unggulan, Begini Penjelasan Cawagub Ini saat Dialog dengan Petani di Karang Joang

Bikin fiksi dan cerita tentang kehebatan, kesederhanaan, kesungguhan, dan HOAX yang hanya sanggup diproduksi oleh kekuasaan.

Lebih parah dari itu, karena kekuasaan justru ingin menegaskan bahwa semua #Ngibul dan #AsalBunyi itu adalah satu-satunya kebenaran dan tidak boleh ada versi lain.

Kritik bukan saja dibungkam tapi ingin dikriminalisasi.

Pejabat publik bukannya menjawab malah mengancam.

Padahal tugas masyarakat dan politisi yang berada diluar pemerintahan adalah kritik.

Tugas yang didalam pemerintahan adalah memberikan penjelasan atas kritik dan pertanyaan.

Dinamika ini adalah untuk menjamin hilangnya #Ngibul dan #AsalBunyi serta Hoax dalam pemerintahan.

Inilah demokrasi kita hari ini.

Baca: Pemilik Toko Didemo Warga, Karena Diduga Menghina Ustadz Somad

Harta paling mahal kita yang kita perjuangkan dengan segala daya upaya; darah, keringat dan airmata.

Segala fiksi #ngibul dan #AsalBunyi harus dilawan untuk kebaikan rakyat. Dan pemerintah punya ruang jawab paling besar. Pakailah!," tulisnya.

Postingan tersebut kemudian mendapat beragam komentar dari netter.

@rita_uwiet_putri: Cerdas,tajam setiap bicara dan tulisan mu pak..

@salman__alfatih: Klok di kasih kan ke lurah terkadang tidak sampai.

@arsifa1997: Tenggelamkan...

Baca: Pemilik Toko Didemo Warga, Karena Diduga Menghina Ustadz Somad

@mbakayuk10: Tul mas fh yg selalu benar.

@fadly7481: Bener banget kata bang Fahri, knp mereka g mikir ya? Pencitraan terus ya dipikir. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)


Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved