Kisah Inspiratif

Tempuh 11 Km, Pasutri Lansia Bersepeda Ontel Antar Anaknya yang Down Syndrom Pergi Sekolah

Pada sebuah jalan menurun dengan aspal mulus yang membelah bukit, melintas cepat seorang pria setengah baya mengemudi sepeda ontel.

KOMPAS.com/Dani J
Hernowo mengendalikan kemudi sepeda, Kamilah mendorongnya, saat mendaki bukit. Wahyu tetap duduk di boncengan. Seperti inilah setiap hari Hernowo membawa Wahyu sekolah yang jauhnya belasan kilometer. Hernowo yang setengah tuli sejak lahir tidak menyerah menyekolahkan anaknya yang down syndrome. Di usia senja mereka, ia mengharapkan Wahyu bisa cepat mandiri. 

“Liwat teteg wetan. Sanes teteg kulon. Sing kulon rame. (Bahasa Jawa: lewat palang pintu KA sebelah timur, bukan barat. Sebelah barat ramai). Wetan boten (Timur tidak) menanjak. Kalau sepi bisa langsung, mboten nuntun (tidak dituntun),” kata Kamilah.

Baca: Perhatikan Warna Urinemu, Indikator Tingkat Kesehatanmu. Waspada Jika Berbuih dan Berwarna Ini

Mereka keluar pagi sekali pukul 06.30 WIB dari rumahnya di Dusun Anjir, bersepeda, dan seperti biasa, Wahyu mesti masuk kelas sebelum pukul 08.00 WIB.

Ia akan bergabung dengan lima temannya di kelas 5C di SLB itu sampai lewat tengah hari.

Semua siswa di kelas ini adalah penderita down syndrome (DS) atau keterbelakangan mental.

Dari rumah di sebuah bukit di Kulon Progo, mengayuh sepeda hingga ke SLB dilakoni Hernowo dan Kamilah agar Wahyu bisa sekolah hari Senin-Jumat. SLB di Desa Gotakan, Panjatan, itu sebenarnya hanya 11-an kilometer dari Anjir.

Meski jarak tak jauh, Hernowo mengayuh sepeda hampir 60 menit dengan sepeda ontel.

Perjalanan selama itu karena kontur jalan dan keramaian kota yang dilewati. Wahyu adalah anak semata wayang dari Hernowo dan Kamilah.

Warga mengenalnya sebagai pasangan suami istri penjual kayu bakar. Hernowo biasa mencari dan memotong kayu, Kamilah mengikatnya setelah mengeringkan dengan cara diangin-angin.

Kayu itu dijual Rp 6.000 per ikat pada seorang pengepul.

Penghasilan dari kayu ini minim.

Kayu belum tentu terjual tiap minggu.

Baca: Uber Hengkang dari Indonesia, Go-Jek Tulis Surat Perpisahan dan Ucapkan Terima Kasih

Mereka masih beruntung dapat Rp 100.000 setiap bulan dari kebun berisi 13 pohon kelapa di pekarangan belakang rumah. Ada saja orang yang menebas (membeli) kelapa langsung di pohon.

Kambing peliharaan juga bisa jadi andalan ketika beranak. Anak kambing harganya lumayan, sekitar Rp 700.000 ketika dijual.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved