Resensi Film
A Quiet Place, Bertahan Hidup di Tengah Kengerian Monster
Suasana kumuh dari minimarket tersebut semakin bertambah menyeramkan ketika tidak ada siapapun di dalamnya.
Penulis: Jino Prayudi Kartono |
Untuk berjalan menyusuri kota Lee pun harus menggunakan pasir pantai sebagai alas kaki.
Pasir tersebut ia tuang terus menerus setiap hari membentuk sebuah jalur. Supaya ia dan keluarganya tetap berjalan tanpa mengeluarkan sama sekali.
Namun naas disaat pulang kembali kerumah si bungsu Beau membawa mainan roket.
Mainan tersebut ia nyalakan sehingga mengeluarkan bunyi.
Suara berisik tersebut memancing monster tersebut keluar menuju sumber suara.
Beau yang jauh jaraknya dari keluarganya pun tidak bisa selamat dari terjangan monster tersebut.
Nasi sudah menjadi bubur, keluarga Abbot harus tetap hidup di dalam kengerian monster yang tidak jelas asal usulnya itu.
Baca: Pasar Segiri jadi Sarang Narkoba, Kapolda Bakal Pasang Tenda!
Selang setahun kemudian, Evelyn mengandung.
Lee pun membuat sebuah tempat aman agar monster tidak dapat mendengar tangisan sang bayi.
Semuanya berjalan aman.
Namun saat hari persalinan tiba masalah datang.
Karena lee bersama anak keduanya Marcus sedang mencari ikan di sungai.
Sementara Regan tidak menjaga sang ibu karena sedang mendatangi makam adik bungsunya yang telah wafat.
Kesulitan semakin dialami oleh Evelyn ketika ia menginjak paku di lantai rubanah rumahnya.