Edisi Cetak Tribun Kaltim
Kebocoran Pipa tak Langsung Diketahui, GM Pertamina RU V: Kami Belum Ada Early Warning System
Kami memang belum ada early warning system, apalagi seperti beri sistem garis kuning. Ini masukan bagus buat kami untuk ke depan
Penulis: Budi Susilo | Editor: Amalia Husnul A
Laporan wartawan Tribun Kaltim.co, Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Gelaran Rapat Dengar Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Balikpapan soal tumpahan minyak di perairan Teluk Balikpapan mengungkap, selama ini PT Pertamina tidak memiliki alat deteksi dini mengenai adanya kebocoran pipa minyak.
Anggota Komisi III Usman Daming, mempertanyakan sistem pengamanan saat terjadi kejanggalan atau kerusakan pada infrastruktur kilang minyak.
Menurutnya, selama ini Pertamina dikenal perusahaan BUMN besar.
Masyarakat berasumsi, Pertamina ini memiliki teknologi yang mumpuni, terutama dalam hal keselamatan dari kegiatan produksinya.
"Sebenarnya ada panel room tidak untuk mengetahui pipa itu bocor. Kan setelah bocor harusnya sudah tahu.
Ini sebaliknya kejadian sudah bocor tapi tidak ada yang tahu bocor, tidak ada yang tahu itu dari pipa mana?" katanya.
Baca: Film Pengabdi Setan Karya Joko Anwar Dapat Tawaran Remake dari AS
Baca: Tercemar Minyak Mentah Akibat Pipa Bocor, Udang Petambak Mulai Mati
Menanggapi hal itu, General Manager PT Pertamina Refinery Unit V Balikpapan Togar MP menjelaskan, sistem yang dimiliki Pertamina dianggap sudah lama.
Penerapan teknologi deteksi dini tidak ada, saat ada kebocoran pipa tidak langsung diketahui.
"Tidak ada indikator kilometer di pipa itu. Hanya tersedia tekanan pompa yang ada di ujung pompa saja. Teman-teman (karyawan Pertamina) tidak bisa memperkirakan sebetulnya," ungkapnya.
Togar menjelaskan lagi, keberadaan pipa minyak yang dari Penajam Lawe-lawe ke Balikpapan berbeda operatornya. Petugas yang menangani pipa di antara dua daerah ini memiliki fungsi berbeda.
"Tangki yang di Lawe-lawe dan Balikpapan berbeda operatornya. Yang di Lawe-lawe hanya operasikan pompa saja, sementara di Balikpapan operasikan tangki," ujarnya.
Saat kejadian cemaran minyak di perairan Teluk Balikpapan, Sabtu (31/3/2018), pihaknya sudah turun ke lapangan melakukan cek lapangan.
Baca: Listrik Padam di Empat Kota, Update Kondisi Jumat Pagi dan Pernyataan PLN
Baca: Tips Mengupas Daging Jeruk Sunkist, Agar Terhindar dari Serat Putih yang Pahit
Di antaranya melaukan pengambilan tumpahan minyak untuk diperiksa.
"Sambil mencari dan mengambil sampel, jam setengah sebelasan terjadi kebakaran di perairan," kata Togar yang mengenakan kemeja corak batik hijau.
Kala itu, di perairan laut Balikpapan terlihat ada tumpahan minyak.
Ada kebijakan menghentikan sementara instalasi, langsung dilakukan ekspensi dari Lawe-lawe dan Balikpapan. Pipa sepanjang 3,8 kilometer diperiksa oleh tim penyelam.
"Diperiksa tidak ada ceceran minyak, tidak ada keboboran. Arus laut deras, pemeriksaan tidak bisa. Kami berpikir ini ada tumpahan minyak, lalu kita hentikan saja," katanya.
Pemeriksaan terus belanjut, dilakukan secara berulang-ulang. Dilakukan penelitian melalui tim penyelam pada Senin (2/4/2018) sore, memang benar temukan ada sobekan dan pipa yang putus.
Baca: Kompol Fahrizal Tembak Adik Iparnya hingga Tewas, Mengaku tak Menyesal, Lihat Videonya
Baca: SBMPTN Telah Resmi Dibuka, Jangan Salah Pilih saat Daftar, Inilah Peringkat Kampus di Indonesia
Kemudian diulangi lagi Selasa (3/4/2018), melakukan penyelaman membawa alat sonar sense untuk pengambilan gambar supaya jelas dan memang ada temuan secara nyata ada kebocoran di pipa milik Pertamina.
"Kami yakin (bocor), pertamanya tidak begitu yakin," ujar Togar.
Penanganan Bencana
Dewan juga mempertanyakan Pertamina soal penanganan bencana kebocoran pipa minyak di dalam perairan laut Teluk Balikpapan.
Saat benar-benar terjadi tumpahan minyak, area kawasan Teluk Balikpapan seakan tidak ada tanda-tanda berbahaya.
Ini disampaikan Andi Arif Agung, anggota Komisi III DPRD Balikpapan, saat RDP dengan Pertamina, Cevron, Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan dan BPPD serta Kesyahbandaran Balikpapan.
Andi Agung mengatakan, ketika kejadian tumpahan minyak disusul ada kebakaran di perairan Teluk Balikpapan, sepertinya tidak ada semacam penanganan yang spesial.
Baca: Data Facebook Bocor, Menkominfo Imbau Puasa Medsos, Ini yang Sebaiknya Dihindari
Baca: Ayu Ting Ting Tak Tertarik Lakukan Operasi Plastik, Begini Cara Ia Hambat Kerutan di Kulitnya
Minyak mencemari laut dan ada kebakaran di laut tanpa ada garis komando yang jelas dan konkrit untuk melokalisir area.
"Biasa kan kalau ada kecelakaan di darat itu dikasih police line, pembatas tali kuning. Di laut ini kenapa tidak ada, masih bisa ke sana kemari, padahal sudah ada tumpahan minyak," katanya.
Selain itu, ketika ada kebocoran pipa atau ada tanda bahaya berupa tumpahan minyak di lautan,
Pertamina tidak memberikan tanda-tanda peringatan dini.
"Harusnya ada early warning system. Apakah memang tidak ada early warning system? Sampai akhirnya ada warga yang memancing jadi korban," tutur Andi.
Menanggapi hal itu, Togar menjelaskan, selama ini Pertamina tidak dilengkapi early warning system. Begitu ada bencana tumpahan minyak di laut, tidak ada kode atau sterilisasi lokasi.
"Kami memang belum ada early warning system, apalagi seperti beri sistem garis kuning. Ini masukan bagus buat kami untuk ke depan, yang dipusat untuk bisa buat sediakan early warning system kalau ada tanda bahaya di laut," tuturnya.
Baca: Ini 6 Dosa Dwi Retno Kepala SMAN 2 Malang yang Jadi Alasan Terpaksa Dilengserkan oleh Siswanya
Baca: F1 GP Bahrain Dimulai, Ini Jadwal Lengkapnya, Persaingan antara Lewis Hamilton dan Sebastian Vettel
Sementara, Sanggam Marihot, Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Kota Balikpapan, mengatakan, kondisi cemaran minyak dan kemunculan kebakaran di perairan Teluk Balikpapan.
Karena itu, jalur pelayaran kawasan Teluk Balikpapan ditutup untuk sementara, tidak diperbolehkan lagi melakukan pelayaran dalam waktu yang belum bisa ditentukan.
"Kami tutup. Sampai kapal-kapal pun ada yang tertunda lantaran tidak diperbolehkan berlayar. Kapal-kapal ada yang tidak beroperasi, ada yang sampai mengaku mengalami kerugian.
Harusnya jadwal mengirim jadi tidak bisa mengirim pada hari itu juga," katanya.
Penutupan jalur pelayaran dilakukan untuk tujuan menghindari adanya kecelakaan transportasi laut. Pihaknya tidak mau lagi ada korban berikutnya, maka dibuat kebijakan larangan berlayar.
"Berlayar pagi siang tidak bisa dilakukan. Kapal tanker itu bukan terbakar tapi terkena bakaran dari sumber minyak yang tumpah ke laut.
Bahaya kalau dipaksakan untuk berlaya kapal yang lainnya," ujarnya. (*)