Breaking News

Jual Nasi Cuma Rp 3.000 Seporsi, Bisa Tambah Pula, Jusuf Hamka Ngaku Bakal Untung Besar, Kok Bisa?

Dengan satu tenda, satu meja dan beberapa bangku, petugas melayani warga yang ingin makan tanpa terkecuali.

Editor: Syaiful Syafar
KOMPAS TV
Jusuf Hamka melayani pembeli di Warung Kuning Podjok Halal di Jalan Yos Sudarso Kav 28, Tanjung Priok, Jakarta Utara. 

Muhammad Jusuf Hamka (60), ingin apa yang dirintisnya sekarang bisa terus berkembang. Bahkan ia bertekad agar Warung Kuning Podjok Halal ada di seluruh Indonesia.

Dagang nasi kuning bukanlah hal baru bagi Jusuf Hamka. 

Ia bercerita bahwa dulu ibunya pernah berjualan nasi kuning di Samarinda.

Hampir setiap hari Jusuf Hamka menghabiskan masa kecilnya membantu ibunya berjualan.

"Saya ini anak kampung, alhamdulillah dikasih Tuhan rezeki kota," katanya.

Pria yang memutuskan untuk mualaf sejak tahun 1981 itu tidak ingin usaha serupa yang ada di sekitar warungnya menjadi mati karena harganya yang hanya Rp 3.000.

Untuk itu proses pembuatan bekerja sama dengan warung-warung sekitar.

"Jadi enggak boleh terjadi kompetisi dan matikan warung setempat. Makanya kami gandeng warung-warung untuk menyediakan makanannya. Jadi enggak usah khawatir warung-warung di sekitar enggak akan mati," kata Jusuf.

Jika dihitung secara matematis, modal nasi seporsi berkisar Rp 10.000, tapi Jusuf Hamka malah menjualnya Rp 3.000 yang secara umum orang nilai itu rugi.

Tapi Jusuf mengaku bakal mendapat untung besar dari usahanya tersebut. Kok bisa? (penjelasannya bisa disimak melalui video di bawah).

Jusuf memastikan semua orang tanpa terkecuali dipersilakan untuk datang dan makan di tempatnya. Bahkan orang-orang yang tidak mampu secara finansial mengeluarkan uang Rp 3.000, dipersilakan makan gratis.

"Kalau ada yang bawa mobil, secara penampilan juga terlihat mampu dan ingin makan di sini, silakan saja. Enggak ada masalah. Berbuat kebaikan tidak memandang status dan agama," kata Jusuf.

Hanya saja ayah tiga orang anak itu memastikan makanan yang disajikan di tempatnya tidak bisa dibungkus dan dibawa pulang. Warga yang ingin memanfaatkan keuntungan itu harus melahap makanannya di tempat itu juga.

Pertama Buka hanya 10 Orang yang Mampir

Warung yang sudah berjalan sejak 6 Februari 2018 itu semakin lama semakin ramai dengan pembeli.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved