Ledakan Bom di Samarinda
Bikin Air Mata Menetes, Ini Kabar Bocah Alvaro Sinaga, Korban Bom di Gereja Oikumene Samarinda
Wajah baru Alvaro terlihat di media sosial setelah diposting netizen bernama Josh, 18 Maret 2018.
Saya hanya membaca saja dan membalas singkat karena kemarin memang sibuk.
Suara2 bising, riuh gemuruh soal SP3 Rizieq, soal persekusi CFD itu menenggelamkan suara lirih pedih seorang balita yang tidak tahu apa2 harus menanggung derita seumur hidup.
Rintih Alvaro, bocah umur 4 tahun ini laksana suara tangis bayi di antara desingan peluru dan bom saling hujat para orang dewasa yang sepertinya semakin kekanak2an.
Kita merasa seakan menjadi peniup terompet kebenaran dan keadilan. Kita merasa seakan penabuh genderang kemanusiaan dan welas asih.
Suara yg keluar dari mulut kita sebisa mungkin memekakkan angkasa raya. Agar Tuhan dan para malaikat tahu, kita adalah manusia paling beriman dan bertaqwa.
Sebelum meneguk secangkir kopi pagi ini, saya memandang wajah polos kamu Alvaro. Satu persatu saya lihat garis muka mu. Bagaimana kamu bisa bertahan dan tidak meringis Alvaro? Bagaimana kamu tidur dengan wajah dan kepala seperti balon dipompa? Luar biasa kamu ananda.
Rasanya hati saya membeku. Dingin. Saya ingat Juanda lelaki berkaos oblong hitam yang masuk ke pakarangan gereja setahun lalu. Saat kalian bocah kecil sedang sekolah minggu. Bagaimana mungkin orang yang mengaku paling beriman dan bertaqwa itu melemparkan bom molotov kepada kalian bocah kecil yang tak berdosa.
Kopi yang saya teguk jadi tidak enak rasanya. Dingin dan pahit. Rasanya ingin ku hardik Allah semesta alam... Ya ingin ku hardik diriNYA yang duduk tenang dengan super powerNYA itu. DIA diam dan mendiamkan bom api itu membakar tubuh mu. Apakah Tuhan tertawa melihatmu kesakitan terbakar? Apakah Tuhan tertidur saat kamu bergulingan menahan api panas?
Tuhan.. mengapa engkau biarkan derita dan penderitaan pada anak2 terjadi? Apa salah mereka? Apa dosa mereka?
Ahhh... Alvaro.. Engkau malah menyanyikan lagu saat kau kesakitan. Ya lagu kesayanganmu... Engkau malah tenang dan menerima peristiwa ini dengan sabar dan tabah.
Kemarin Ibu mu bilang lagu kesukaan mu Kingkong Badannya Besar terus kau nyanyikan saat kau bosan di tempat tidur. Kadang kau bermain game. Kadang kau meminta garuk punggungmu yang gatal. Sesimpel itu caramu menerima sakit ini.
Maafkan kami ananda Alvaro... Maafkan kami orang dewasa yang sesungguhnya berwajah manusia tapi berperilaku iblis.
Tak banyak yang bisa saya lakukan untukmu selain ikut meratapi kesakitanmu..
Peluk cium hangat untukmu
Tadi ada yg bertanya ingin memberi donasi bagaimana caranya?