Teror Bom Surabaya
Pelaku Bom di Surabaya Tiap Minggu Didoktrin Terorisme, Anak Mereka Dilarang Sekolah
Para pengebom itu saling mengenal satu sama lain. Kapolda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin menjelaskan
TRIBUNKALTIM.CO - Polisi menemukan sejumlah bahan peledak ketika melakukan penggeledahan di rumah Tri Murtiono, pengebom Polrestabes Surabaya.
Penggeledahan berlangsung sekira 3,5 jam, Selasa (15/5/2018), di rumah kontrakan Tri Murtiono, kawasan Tambak Medokan Ayu, Gang 6, Rungkut, Surabaya.
Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Rudi Setiawan hadir di lokasi penggeledahan.
Baca: Walau Sepele, Jangan Lakukan Hal Ini Selama Menjalani Puasa, Bisa Melunturkan Pahala
Namun Kapolrestabes belum bisa memberikan keterangan detail mengenai jumlah dan jenis bahan peledak yang ditemukan di rumah tersebut.
"Ada bahan peledak, tapi belum bisa beri keterangan pasti, kasih waktu kami bekerja," ujar Kapolrestabes Surabaya. Selama penggeledahan tidak terdengar ledakan.
Tri Murtiono bersama istri dan tiga anaknya melakukan aksi bom bunuh diri di pintu gerbang Polrestabes Surabaya, Senin pagi. Dalam aksi itu, anak bungsu Tri Murtiono bernama Ais (8) tidak ikut tewas.
Aksi Tri Murtiono sekeluarga terjadi sehari setelah keluarga Dita Oepriyanto (Ketua Jamaah Ansharut Daulah/JAD Surabaya) melakukan aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Minggu pagi.
Baca: 4 Pelaku Turun dengan Pedang, Inilah Kronologi Penyerangan Mapolda Riau
Pada malam harinya terjadi ledakan di rumah Anton Febrianto, di rusunawa Wonocolo, Kecamatan Taman, Sidoarjo.
Para pengebom itu saling mengenal satu sama lain. Kapolda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin menjelaskan Tri Murtiono dan Anton Febrianto berguru kepada Dita.
Mereka ini melakukan pertemuan setiap minggu di rumah Dita, kawasan Rungkut, Surabaya.
"Mereka ini satu jaringan, satu guru. Gurunya Dita. Mereka didoktrin pemahaman teror," jelas Machfud di Polda Jatim, Surabaya, Selasa. Machfud menuturkan, mereka berkumpul setiap minggu sejak lama.
Baca: 4 Terduga Teroris yang Serang Mapolda Riau Tewas Ditembak Polisi
Selain menerima doktrin, Tri dan Anton juga menonton film film soal terorisme.
Tidak hanya para orangtua, kata Machfud, anak anak mereka juga ikut mendengarkan doktrin dari Dita.
"Bahkan, anak anak pelaku dilarang sekolah. Kalau ditanya, mereka bilang (anak-anak) ikut home schooling. Padahal sebenarnya mereka tak boleh sekolah. Anak anak didoktrin terus, ditontonkan video mengenai teroris," ujar Machfud.