Begini Jawaban Wakil Ketua DPRD Balikpapan soal Penolakan Pengungsi Beraliran Syiah di Rudenim

"Saya konkrit kan, kapan ada waktu kita say hello interaksi dengan mereka, bagaimana perasaan kita kalau rumah kita dibombardir," katanya.

TRIBUN KALTIM / NALENDRO PRIAMBODO
Wakil Ketua DPRD Balikpapan, Sabaruddin Panrecalle (baju putih berdiri) saat mediasi warga bersama instansi terkait, buntut dari demonstrasi warga soal keributan yang ditimbulkan oleh pengungsi di Rudenim Balikpapan. 

"Kalau dibilang Sunni dan Syiah, saya ga pandang dari aspek situ, kami pandang aspek sosial dan kemanusiaan," lantang Sabaruddin.

Ia menantang balik, ada peran aktif semua pihak, mendatangkan termasuk tokoh agama, duduk bersama dan memberi ceramah di Rudenim, sebagai bagian menjalin silaturahmi dan memberi siraman rohani.

Sabaruddin mengajak semua pihak memikirkan ulang, tuntutan warga soal meniadakan alat plastik karena dimanfaatkan pengungsi membuat gaduh dan meminta dipindahkan dilihat lebih dalam, mengingat, bisa saja mereka menggunakan peralatan lain semisal panci untuk memancing keributan.

Apalagi, memindahkan pengungsi ke rudenim lain, hanya akan mengalihkan persoalan ke rudenim lain, sementara gelombang pengungsi berpotensi terus datang seiring perang yang terus berkecamuk di negara lain.

"Dipindahkan 99 persen ga selesaikan masalah. Peran kita bersama, jangan hanya dibebankan pada Kepala Rudenim," ujarnya mengajak adanya pendekatan emosional antar warga dan penghuni Rudenim.

"Saya konkrit kan, kapan ada waktu kita say hello interaksi dengan mereka, bagaimana perasaan kita kalau rumah kita dibombardir," katanya.

Walaupun, sikap pemerintah Kota Balikpapan menolak adanya community house, untuk solusi kedepan, sambil menunggu pemindahan dan potensi kedatangan pengungsi lainya, Sabaruddin menyarankan dibuat skema semi community house.

Semisal, pengungsi diberikan pemahaman tentang budaya dan adat istiadat di Indonesia, khususnya Balikapapan, diberikan pelatihan.

Pelibatan RT memantau jika dikemudian hari, pengungsi yang diberikan kebebasan keluar sementara, dan pulang kembali ke Rudenim jika berbuat ulah.

"Dekatkan secara emosional, pikiran mereka (pengungsi) blank, mereka siap diapakan-apakan. Mereka sadar (apa yang mereka lakukan) karena 4 tahun dikerangkeng,"ujarnya.

Arbain Side, Staf Ahli Walikota Balikpapan bidang Pemerintahan, menambahkan, mungkin, diperlukan upaya membangun silahturahmi antara warga dan pengungsi agar saling mengenal, sembari menunggu proses pemindahan dan jembatan agar konflik tak terulang.

Agenda tersebut lanjut dia, bisa dirangkai dalam agenda buka puasa, beberapa hari ke depan.

"Setuju saja," seru warga. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved