Transfer Pemain
Mantan Penjual Es Krim Itu Kini Bertransformasi Jadi Pemain Bernilai Rp 953 Miliar
Pria 21 tahun ini lebih memilih bekerja sebagai penjual es krim di kampung halamannya tersebut sembari bermain sepak bola.
"Mayoritas teman saya pergi untuk menjual narkoba di jalanan karena dari situ mereka menghasilkan banyak uang Tapi saya tahu itu salah, jadi saya menjual cokelat dan es krim serta mencuci mobil karena saya tahu itu pekerjaan yang tepat untuk membantu ibuku," ujarnya.
"Teman-teman saya selalu mengatakan kepada saya, ayo kemarilah, jangan menjadi gadis kecil kemarilah dan merokok bersama kami lalu menjual narkoba bersama-sama, Anda bisa menghasilkan lebih banyak uang," ujar Richarlison.
Keteguhan hati Richarlison di sepak bola akhirnya membuahkan hasil meskipun sang penyerang tak memiliki klub hingga usia 17 tahun.
Klub divisi dua Brasil, America Mineiro tertarik memberi kontrak dan saat itulah untuk pertama kalinya dirinya membeli sepatu sepak bola.
Sejak saat itu karier Richarlison berkembang cukup pesat dan kemudian berlabuh ke klub besar Brasil Fluminense.
Ketika di Fluminense inilah bakatnya tercium oleh Marcos Silva yang kala itu melatih Watford dan membawanya ke Inggris dengan nilai transfer 11 juta pound.
Di Watford, ia mampu mencetak lima gol dari 12 laga awalnya di Liga Inggris
Namun penampilannya setelah itu menurun karena manajemen Watford memecat Marco Silva.
Nasib tampaknya memang menjodohkan Richarlison dengan Marco Silva.
Setelah Marco Silva resmi menjadi pelatih Everton musim ini, pelatih asal Portugal ini ngebet mendatangkan mantan penyerang timnas U-20 Brasil ini.
The Tofees akhirnya menyanggupinya dan mengubah Richarlison dari seorang penjual es krim menjadi pria seharga 50 juta pounds atau setara 953 miliar rupiah. (Bolasport.com)