Gerhana Bulan Total
Dua Hari Lagi Gerhana Bulan Total pada Sabtu 28 Juli 2018, Inilah 9 Amalan yang Dapat Dilakukan
Ada beberapa amalan yang dapat dilakukan saat gerhana bula total terjadi, apa saja? simak selengkapnya berikut ini
TRIBUNKALTIM.CO - Dua hari lagi akan terjadi fenomena alam gerhana bulan total alias Blood Moon, Sabtu, 28 Juli 2018.
Proses gerhana bulan total itu dimulai ketika piringan bulan mulai memasuki penumbra Bumi pukul 00.13 WIB.
Gerhana bulan total terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan Bumi. Bila bumi berada diantara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, maka sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalang oleh bumi.
Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Negara (LAPAN) gerhana bulan total akan melintasi wilayah Indonesaia dengan empat keistimewaan.
Baca: Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018, 7 Tempat Wisata di Indonesia Lihat Supor Blood Moon Tanpa Teropong
Pertama, gerhana bulan total ini akan menyebabkan bulan tampak berwarna merah. Maka dengan warna merah seperti itu bisa disebut juga Blood Moon atau bulan darah.
Kedua, fenomena Blood Moon ini akan berlangsung lebih lama.
Menurut NASA, gerhana bulan total ini akan menjadi yang terlama di abad 21 ini.
Menurut kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, fenomena ini akan berlangsung selama 3 jam 55 menit, dengan gerhana bulan total selama 1 jam 43 menit.
Ketiga, selain akan menyaksikan Blodd Moon, masyarakat juga akan melihat planet Mars yang juga akan berwarna merah.
Keempat, Blood Moon juga akan dipercantik dengan hujan meteor.

Dalam islam, fenomewa alam gerhana bulan dianggap sebagai bukti dari kekuatan Allah SWT.
Sehingga disunahkan untuk mengamalkan ibadah sebanyak-banyaknya pada saat-saat tersebut.
Tentu yang paling utama dilakukan saat gerhana bulan adalah menjalankan salat sunah gerhana bulan.
Sebagaimana dilansir dari NU Online, anjuran salat sunah gerhana tercantum dalam Shahih Muslim:
إنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَصَلُّوا وَادْعُوا حَتَّى يَنْكَشِفَ مَا بِكُمْ
Artinya," Sungguh matahari dan dua bulan adalah tanda kekuasaan Allah SWT, tidak dengan terjadi hgerhana keduanya (matahari dan bulan) karena kematian seseorang atau pun kehidupannya. Apabila kalian melihat gerhana, maka salat dan doalah hingga gerhana tersebut selesai."
Disamping salat gerhana bulan, banyak amalan-amalan lain yang dianjurkan ketika terjadi peristiwa ini.
Hal ini disebutkan oleh Imam An-Nawawi (676 H) berikut ini:
قال المصنف رحمه الله: (والسنة أن يخطب لها بعد الصلاة لِمَا رَوَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا "أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عليه وسلَّم فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ فَقَامَ فَخَطَبَ النَّاسَ فَحَمِدَ اللهَ وَأثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ: الشَمْس وَالقَمَرُ آيتانِ مِنْ آياتِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رأيتم ذلك فصلوا وتصدقوا"
Artinya, “(Abu Ishaq As-Syairazi berkata, disunahkan khutbah setelah salat gerhana sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah RA, ‘Sungguh setelah selesai salat gerhana, Nabi SAW berdiri dan khutbah di hadapan manusia, kemudian ia memanjatkan puji kepada Allah, dilanjutkan dengan bersabda, ‘Matahari dan bulan adalah ayat (tanda kebesaran Allah) dari sekian ayat-ayat Allah Azza wa Jalla. Keduanya tidak akan gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang. Apabila kalian menyaksikannya, maka salat dan sedekahlah,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Majmu’ Syarh Muhadzzab, Beirut, Darul Fikr, juz IV, halaman 53).
Dari keterangan hadits yang Imam As-Syairazi sebutkan di atas, terdapat dua amalan yang dianjurkan bagi kita, yaitu salat sunah gerhana dan bersedekah.
Selain salat sunah gerhana, sedekah pada peristiwa ini juga disunahkan sebagaimana yang disebutkan Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Nihayatuz Zain berikut ini:
وَيُسَنُ الإِكْثَارُ مِنَ الصَّدقَةِ فِي رَمَضَانَ لَا سِيَّمَا فِي عَشْرِهِ الأَوَاخِرِ وأمَامَ الحَاجَاتِ وَعِنْدَ كُسُوفٍ وَمَرَضٍ وَحَجٍّ وَجِهَادٍ وَفِي أَزْمِنَةٍ وَأَمْكِنَةٍ فَاضِلَةٍ كَعَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ وَأَيَّامِ العِيْدِ وَالْجُمْعَةِ وَالمُحتاجِيْنَ
Artinya, “Disunahkan memperbanyak sedekah pada bulan Ramadhan, terutama pada sepuluh hari terakhir di bulan itu, dan ketika mempunyai kebutuhan, ketika terjadi gerhana, sakit, haji, jihad dan pada beberapa waktu dan tempat yang memiliki keutamaan seperti tanggal 10 Dzulhijjah, hari raya, hari Jumat. Disunahkan juga sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan,” (Lihat Syekh Nawawi Banten, Nihayatuz Zain Syarah Qurratu ‘Ain, Beirut, Darul Fikr, juz I, halaman 183).
Hal ini disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarah Muhadzzab sebagai berikut:
الشَّرْحُ) حَدِيثُ عَائِشَةَ رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ وَاتَّفَقَتْ نُصُوصُ الشَّافِعِيِّ وَالْأَصْحَابِ عَلَى اسْتِحْبَابِ خُطْبَتَيْنِ بَعْدَ صَلَاةِ الْكُسُوفِ وَهُمَا سُنَّةٌ لَيْسَا شَرْطًا لِصِحَّةِ الصَّلَاةِ قَالَ أَصْحَابُنَا وَصِفَتُهُمَا كَخُطْبَتَيْ الْجُمُعَةِ فِي الْأَرْكَانِ وَالشُّرُوطِ وَغَيْرِهِمَا سَوَاءٌ صَلَّاهَا جَمَاعَةٌ فِي مِصْرٍ أَوْ قَرْيَةٍ أَوْ صَلَّاهَا الْمُسَافِرُونَ فِي الصَّحْرَاءِ وَأَهْلُ الْبَادِيَةِ وَلَا يَخْطُبُ مَنْ صَلَّاهَا مُنْفَرِدًا وَيَحُثُّهُمْ فِي هَذِهِ الْخُطْبَةِ عَلَى التَّوْبَةِ مِنْ الْمَعَاصِي وَعَلَى فِعْلِ الْخَيْرِ وَالصَّدَقَةِ وَالْعَتَاقَةِ وَيُحَذِّرُهُمْ الْغَفْلَةَ وَالِاغْتِرَارَ وَيَأْمُرُهُمْ بِإِكْثَارِ الدُّعَاءِ وَالِاسْتِغْفَارِ وَالذِّكْرِ
Artinya, “(Penjelasan) hadits Aisyah RA yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dan nash Imam Syafi’i serta pengikutnya sepakat pada kesunahan dua khutbah setelah salat gerhana, dan dua khutbah sunah itu bukanlah syarat sahnya salat. Ashab kami berkata, ‘Dua khutbah ini sama dengan khutbah Jumat dalam rukun, syarat dan selainnya, sama saja entah dilaksanakan berjamaah di kota besar maupun di desa, atau musafir di padang pasir maupun di perkampungan. Sedangkan orang yang salat sendiri tidak perlu melakukan khutbah. Khatib dalam khutbah ini menganjurkan jamaah untuk bertobat dari maksiat, mengerjakan kebaikan, bersedekah, membebaskan budak, mengingatkan mereka dari kelalaian dan tipu daya, serta memerintahkan mereka untuk memperbanyak doa, meminta ampunan dan zikir,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Syarah Muhadzzab, Beirut, Darul Fikr, juz V, halaman 53).
Dari keterangan di atas kita dapat menyimpulkan, ada beberapa amalan yang dapat dilakukan saat gerhana sebagai berikut:
1. Salat Gerhana
2. Bersedekah
3. Tobat dari maksiat
4. Mengerjakan kebaikan
5. Membebaskan budak (zaman sekarang tidak ada budak)
6. Kehati-hatian jangan sampai lalai
7. Memperbanyak doa
8. Memperbanyak istighfar
9. Memperbanyak zikir
Itulah tadi 9 amalan yang TribunStyle kutip dari artikel yang tayang di sripoku.com.
Di artikel itu mengingatkan saat kita sedang melihat gerhana bulan total, jangan hanya melakukan kegiatan yang sifatnya hanya senang-senang.
Banyak masyarakat sekarang lebih mengutamakan kesenangan.
Seperti Selfie alias berswafoto dengan latar belakang gerhana bulan total.
lakukanlah 9 amalan itu saat gerhana bulan total yang akan terjadi di Indonesia pad tanggal 28 Juli 2018.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul Jangan Lupa, 3 Hari Lagi Gerhana Bulan Total Sabtu 28 Juli, Ini 9 Amalan Berpahala Besar