Masuk Kebun Raya Balikpapan Sudah Seharusnya tak Lagi Gratis
Selama ini kata dia, pengunjung yang sambangi Kebun Raya Balikpapan per individu tidak dipungut biaya.
Penulis: Budi Susilo | Editor: Januar Alamijaya
TRIBUNKALTIM.CO BALIKPAPAN – Eksistensi Kebun Raya Balikpapan di Kelurahan Karang Joang, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikapan, Provinsi Kalimantan Timur, dalam perjalanan dari tahun ke tahun semakin digemari masyarakat.
Sejak diperkenalkan ke masyarakat 20 Agustus 2014, pengunjung ke lokasi wisata alam ini terus mengalami tren kenaikan.
Mengacu pada data Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan, periode Januari hingga Juni 2018, angka pengunjung sudah menyentuh angka 33.751 orang yang sebagian besar pengunjungnya berlatar belakang pelajar dan mahasiswa serta pengunjung umum.
Sudah semestinya, Kebun Raya Balikpapan memungut biaya masuk para pengunjung.
Baca: Bupati Berau Minta Tim Reaksi Cepat tak Kalah Cepat dengan Media Sosial
Demikian diutarakan, Kepala Unit Pelaksana Teknis Kebun Raya Balikpapan, Anytha Eva Maria saat bersua dengan Tribunkaltim di ruang kerjanya, Jl Ruhui Rahayu, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, Jumat (3/8/2018) pagi.
Selama ini kata dia, pengunjung yang sambangi Kebun Raya Balikpapan per individu tidak dipungut biaya. Sementara pengunjung yang menggunakan kebun raya secara kelompok untuk kegiatan massal dikenakan biaya dengan tarif sukarela yang masuk akal.
“Yang pengunjung biasa masuk saja boleh tapi yang atas nama komunitas atau buat acara dalam massa yang banyak harus izin dahulu disini (Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan),” ujar perempuan kelahiran Balikpapan ini.
Baca: Karena Alasan Ini, Warga Baru Ulu Butuh IPAL Komunal
Bagi pengunjung biasa, datang hanya per individu atau keluarga kecil, tidak dikenakan biaya dengan syarat wajib patuhi segala aturan yang berlaku di kebun raya yang memiliki luas sekitar 309,2 hektar.
Seperti tidak merusak dan mencuri tanaman, serta dilarang keras membawa makanan dan minuman yang memunculkan buangan sampah di lokasi kebun raya.
Lumrahnya, penjaga kebun raya langsung memperbolehkan masuk pengunjung tidak berani mengutip tarif masuk.
Menurut Anytha, selama ini Kebun Raya Balikpapan masih gratis disebabkan tidak ada payung hukum yang mengatur menarik biaya masuk.
“Mau pungut biaya masuk harus ada dasar hukumnya. Belum ada tanda-tandanya buat Perda. Harus ada Perda yang bisa buat resmikan memungut biaya. Dari dulu sampai sekarang masih gratis saja,” kata ibu beranak dua ini.
Baca: Ini Daftar Nama Calon Paskibraka saat HUT Kemerdekaan RI di Istana Negara, Lengkap dengan Sekolahnya
Entah sampai kapan pengunjung bisa rasakan sensasi gratis, tetapi pastinya Anytha berharap banyak, ke depan, setiap pengunjung yang masuk ke Kebun Raya Balikpapan dikenakan biaya seperti halnya dilakukan di Kebun Raya Bogor.
“Ya penerapan bayarannya tidak terlalu mahal. Diterapkan harga terjangkau. Misalnya Rp 5 ribu tiket masuk sudah termasuk sama parkiran. Yang penting ada pemasukan buat kebun raya, buat kemanfaatan kebun raya,” kata Anytha yang pernah bertugas di Bappeda Balikpapan ini.
Pengelolaan dan perawatan Kebun Raya Balikpapan bukanlah persoalan yang mudah dilakukan, penanganannya butuh keseriusan. Menjaga dan menata supaya kebun raya tetap memesona dan indah bagi Kota Balikpapan, butuh komitmen dan usaha tiada lelah.
Dia ungkapkan, anggaran selama setahun khusus Kebun Raya Balikpapan mencapai Rp 2 miliar, diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Total anggaran ini belum dirasa cukup untuk memelihara dan meningkatkan kualitas kebun raya.
Pekerja yang merawat dan menjaga kebun raya ini menyerap sebanyak 33 orang yang berstatus tenaga honorer dan tiga pegawai negeri sipil. Upah gaji yang harus dibayarkan per orang sekitar Rp 2 juta sudah termasuk potongan untuk BPJS Kesehatan dan Ketenagaerjaan.
Baca: 10 Hektare Lahan Gili Lawa Darat Terbakar, Begini Foto-foto Sebelum dan Sesudah Kejadian
Belum lagi, kata dia, biaya operasional dan perawatan kebun raya yang tidak sedikit pengeluarannya. Kue anggaran untuk perawatan tanaman perlu dijatah, mengingat ada banyak koleksi tanaman obat, tanaman bunga hias, dan penataan rumput.
“Rumput yang tumbuh di titik-titik taman perlu ditata. Tumbuh liar pasti tidak kelihatan indah,” ujar Anytha.
Selain itu, per bulannya untuk biaya listrik bisa mencapai Rp 2,6 juta, belum termasuk biaya perawatan mesin pompa air yang digunakan untuk pengairan fasilitas kamar mandi bagi para pengunjung kebun raya.
“Biaya rutin operasional saya anggap minim, kami harus pandai-pandai siasati supaya bisa efektif penggunaannya,” tegas Anytha, yang lulusan sarjana Magister Ilmu Lingkungan dari Universitas Mulawarman ini.