Dirut Zainuddin Fanani Sebut Lelah Terbayar dengan Antusiasme Warga

"Hanya hitungan detik bisa sampai. Misalnya anak sekolahnya ada di Samarinda, balikpapan, ada di Jawa. Kalau dulu berminggu-minggu baru sampai sekarang hitungan detik sudah sampai," katanya.

Bicara lelah, kata Zainuddin, perjalanan ke Long Mesangat ini bukanlah yang terberat. Saat mendirikan kantor di Krayan, salah satu perbatasan dengan negara tetangga, perjuangan dan pengorbanan juga cukup berat. Dari sisi bisnis, wilayah ini juga tidak terlalu menjanjikan. Selain medannya sulit dijangkau, penduduk juga masih jarang.

Untuk memasukkan alat, pihaknya terpaksa harus menggunakan helikopter TNI AL dari Tarakan. Parabola untuk satelit juga harus dipotong agar bisa diangkut dengan helikopter. Karena tidak muat, perlengkapan yang dibawa ini juga digantung di bagian bawah helikopter. 

"Itulah perjuangan yang nggak pernah orang tahu. Tapi itu sudah kami lakukan dan kami rasakan. Semata-mata dilakukan adalah untuk melayani sesama anak bangsa yang ada di perbatasan. Kalau kita nggak masuk, mereka nggak ada pilihan lain selain menggunakan uang ringgit," ujarnya. (*)