Menristekdikti Segera Terbitkan Permen tentang Pembelajaran Jarak Jauh, Ini Tujuannya
"Bapak Presiden meminta agar dengan perubahan dunia yang semakin cepat, kita bisa mengantisipasi," ujarnya.
Penulis: Doan E Pardede |
Kondisi saat ini, pembelajaran tatap muka tak lagi mampu untuk menyelesaikan permasalahan bangsa Indonesia yang kian kompleks dewasa ini.
Untuk itulah, Perguruan Tinggi harus memulai untuk menggalakkan hal-hal yang berkaitan dengan distance learning tersebut.
"Harapannya, dengan distance learning ini bisa menjangkau seluruh rakyat Indonesia. Maka Perguruan Tinggi juga harus berubah. Dunia sudah berubah," ujarnya.
Perlu diketahui, kata Mohamad Nasir, angka pastisipasi kasar (APK) Indonesia atau angka partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya masih cukup rendah, yakni hanya 32 persen.
"Di dunia lain (APK) Korea Selatan itu 92 persen, itu dengan teknologi informasi. Indonesia sangat ketinggalan jauh. Kalau Indonesia berjalan, target saya di 2020 itu sudah 35 - 40 persen, apabila kita menerapkan teknologi informasi sebagai basis pembelajaran ke depan," ujarnya.
Dengan adanya distance learning, rasio dosen dan mahasiswa tidak lagi 1 : 20 untuk eksakta dan 1 : 30 untuk ilmu sosial tak lagi berlaku.
"Ke depan (dengan distance learning) saya harapkan 1 dosen berbanding 1.000 mahasiswa. Ini harus kita garap dengan baik," ujarnya.
Termasuk kualitas dosen juga harus terus ditingkatkan. Masalah usia menurutnya bukan menjadi penghambat bagi dosen untuk terus belajar. Prinsip pendidikan sepanjang hayat (long life education) menurutnya harus terus diterapkan.
"Long life education harus terus diterapkan. Dosen harus terus meningkatkan kemampuannya," katanya. (*)